Harga minyak naik untuk sesi keempat berturut-turut di perdagangan Asia pada Selasa sore, karena lemahnya produksi serpih di Amerika Serikat memicu kekhawatiran lebih lanjut mengenai defisit pasokan yang berasal dari pengurangan produksi berkepanjangan oleh Arab Saudi dan Rusia.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS bertambah 98 sen atau 1,10 persen, menjadi diperdagangkan di 92,46 dolar AS per barel, pada pukul 06.30 GMT.
Sementara itu, minyak mentah berjangka Brent naik 46 sen atau 0,49 persen, menjadi diperdagangkan di 94,89 dolar AS per barel.
Harga minyak telah naik selama tiga minggu berturut-turut, dan sekarang berada pada level tertinggi dalam 10 bulan untuk kedua acuan tersebut.
Produksi minyak AS dari wilayah-wilayah penghasil serpih terbesar diperkirakan akan turun menjadi 9,393 juta barel per hari pada Oktober, level terendah sejak Mei 2023, menurut Badan Informasi Energi AS (EIA) pada Senin (18/9/2023).
Itu akan menjadi penurunan selama tiga bulan berturut-turut.
Perkiraan tersebut muncul setelah Arab Saudi dan Rusia pada bulan ini memperpanjang pengurangan pasokan gabungan sebesar 1,3 juta barel per hari hingga akhir tahun.
Harga didukung oleh kekhawatiran atas terbatasnya pasokan dan faktor teknis, kata Kelvin Wong, analis pasar senior di OANDA di Singapura.
“(Ada) tren kenaikan jangka pendek yang terus-menerus terlihat pada minyak mentah berjangka WTI di mana penurunan sebelumnya ditahan oleh rata-rata pergerakan 5 hari sejak 29 Agustus…(yang) sekarang bertindak sebagai pendukung utama jangka pendek di sekitar 89,90 dolar AS per barel,” kata Wong.
“Naiknya minyak ke wilayah overbought membuat pasar rentan terhadap koreksi,” analis dari National Australia Bank menulis dalam catatan kliennya, menunjuk pada volatilitas setelah pidato dari CEO Saudi Aramco Amin Nasser dan Menteri Energi Arab Saudi pada Senin (18/9/2023).
CEO Aramco menurunkan perkiraan permintaan jangka panjang perusahaan, dan kini memperkirakan permintaan global akan mencapai 110 juta barel per hari pada tahun 2030, turun dari perkiraan terakhir sebesar 125 juta barel per hari.
Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman pada Senin (18/9/2023) membela pemotongan pasokan pasar minyak oleh OPEC+, dengan mengatakan bahwa pasar energi internasional memerlukan regulasi yang lebih ringan untuk membatasi volatilitas, sekaligus memperingatkan ketidakpastian mengenai permintaan China, pertumbuhan Eropa, dan tindakan bank-bank sentral untuk mengatasi inflasi.