Harga minyak mentah naik di awal perdagangan Asia pada Kamis, memangkas beberapa penurunan tajam mereka di sesi sebelumnya, karena potensi kebuntuan energi antara negara-negara Eropa dan Rusia membayangi kekhawatiran resesi dan kenaikan inflasi.
Harga minyak mentah berjangka Brent menguat 25 sen atau 0,3 persen, menjadi diperdagangkan di 88,25 dolar AS per barel pada pukul 00.33 GMT setelah ditutup pada level terendah sejak awal Februari di sesi sebelumnya.
Harga minyak mentah berjangka WTI AS naik 40 sen atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 82,52 dolar AS per barel.
Harga mendapat dukungan dari Presiden Rusia Vladimir Putin yang mengeluarkan ancaman untuk menghentikan ekspor minyak dan gas negara itu jika batas harga dikenakan oleh pembeli Eropa.
Uni Eropa mengusulkan pembatasan harga gas Rusia hanya beberapa jam kemudian, meningkatkan risiko penjatahan di beberapa negara terkaya di dunia pada musim dingin ini jika Moskow melaksanakan ancamannya.
Gazprom Rusia telah menghentikan aliran dari pipa Nord Stream 1, memotong sebagian besar pasokan ke Eropa.
Bereaksi terhadap melonjaknya harga energi, Perdana Menteri baru Inggris Liz Truss pada Kamis akan membatalkan larangan fracking negara itu dan akan berusaha untuk memanfaatkan lebih banyak cadangannya di Laut Utara, surat kabar Telegraph melaporkan pagi hari ini.
Pemerintah Inggris diperkirakan akan mengumumkan lusinan izin eksplorasi minyak dan gas Laut Utara baru dalam upaya untuk meningkatkan produksi dalam negeri, dua sumber yang akrab dengan diskusi pemerintah mengatakan kepada Reuters.
Sementara itu sejumlah bank sentral diperkirakan akan memulai babak baru kenaikan suku bunga untuk melawan inflasi.
Bank Sentral Eropa diperkirakan akan menaikkan suku bunga tajam ketika bertemu pada Kamis waktu setempat.
Pertemuan Federal Reserve AS menyusul pada 21 September.