JAVAFX – Harga minyak berada di level tertinggi dalam 4 bulan ini, didorong pasokan minyak AS yang tercatat mengalami penurunan dalam sepekan sebesar hampir 10 juta barel. Disisi lain, pasokan minyak mentah global juga menurun dengan pemangkasan produksi yang dikoordinir oleh negara-negara anggota OPEC (Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak ) dan para sekutunya. Sejak awal tahun ini hingga setidaknya pada bulan Juni, mereka akan terus memangkas produksi.
Sementara perhatian pasar keuangan tertuju dengan paparan Bank Sentral AS, The Federal Reserve paska melakukan pertemuan rutin dalam dua hari. Bank sentral AS mengisyaratkan tidak ada lagi kenaikan suku bunga tahun ini dan hanya satu kali pada tahun 2020, menurut ‘dot plot’ baru. Kabar ini sontak membuat nilai Dolar AS melemah. Memberikan peluang harga minyak dalam denominasi dolar menguat kembali.
Pelaku pasar nampak mengesampingkan potensi pelemahan permintaan minyak dunia akibat perlambatan ekonomi internasional. Mereka lebih memperhatikan perubahan sikap Bank Sentral AS yang lebih lunak, dovish. Terlebih dengan keputusan untuk mempertahankan suku bunga hingga tahun depan dan pengetatan kebijakan kuantitatif mulai bulan September.
Minyak mentah jenis West Texas Intermediate untuk kontrak pengiriman bulan April, naik 80 sen, atau 1,4%, berakhir pada harga $ 59,83 di New York Mercantile Exchange setelah menyentuh harga tertinggi di $ 60,12. Ini merupakan harga termahal dan penyelesaian tertinggi dari komoditas minyak mentah untuk kontrak yang berakhir berakhir hari itu. Terekam sejak November. Sementara untuk kontrak dengan penyelesaian bulan Mei yang sekarang sudah diperdagangkan, diselesaikan pada $ 60,23, atau naik 94 sen, atau 1,6%.
Sementara itu, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman bulan Mei, juga naik sebesar 89 sen, atau 1,3%, ke $ 68,50 per barel di ICE Futures Europe, dengan harga berdasarkan kontrak bulan depan berakhir pada level tertinggi sejak November.
Lembaga Informasi Energi AS melaporkan bahwa pasokan minyak mentah AS turun 9,6 juta barel untuk pekan yang berakhir 15 Maret. Analis yang disurvei oleh S&P Global Platts memperkirakan kenaikan 1 juta barel. Sehari sebelumnya, American Petroleum Institute (API) pada hari Selasa melaporkan terjadi penurunan 2,1 juta barel, menurut sumber.
Dua pertiga dari penurunan stok minyak secara garis besar didorong oleh ekspor yang lebih tinggi. Selain itu, jumlah pemanfaatan kilang naik 1,3% dan biasanya masih menurun karena pemeliharaan kilang secara musiman. (WK)