Harga Minyak Mentah naik Di Tengah Kekhawatiran Pasokan

0
97

Harga minyak mentah naik pada hari Jumat untuk hari keempat berturut-turut di tengah kekhawatiran pasokan global pasca badai kuat menghantam Amerika Serikat, dengan penjualan publik pertama cadangan minyak mentah negara di China menyebabkan kenaikan sesaat.

Minyak mentah Brent naik 12 sen, atau 0,2%, di $77,37 per barel, setelah sentuh harga tertinggi dua bulan di sesi Kamis dan ditutup pada level tertinggi sejak Oktober 2018. Minyak AS naik 6 sen, atau 0,1%, di $73,36 per barel, setelah ditutup 1,5% di sesi sebelumnya, tertinggi sejak awal Agustus.

Perusahaan minyak di Amerika Serikat tengah berjuang untuk sepenuhnya memulihkan pengiriman ke pesisir timur setelah badai merusak fasilitas di pantai Teluk.

Dalam tanda kenaikan permintaan bahan bakar, tingkat pemanfaatan kapasitas di kilang Pantai Timur AS meningkat menjadi 93%, tertinggi sejak Mei 2019, data Administrasi Informasi Energi (EIA) menunjukkan. Persediaan turun ke level terendah di hampir tiga tahun pasca dihantam dua badai membuat persediaan terus berkurang di Amerika Serikat, data EIA awal pekan ini menunjukkan.

Harga sempat turun pada hari Jumat setelah penjualan publik pertama China atas cadangan negara. PetroChina milik negara dan kilang swasta serta produsen kimia Hengli Petrochemical membeli empat kargo dengan total sekitar 4,43 juta barel, sumber yang mengetahui langsung lelang tersebut mengatakan.

Analis WoodMac mengatakan sebelum pelelangan bahwa lelang tersebut akan berdampak kecil pada pasar karena ukuran penjualan relatif terhadap konsumsi dan impor China.

Sementara itu, beberapa anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya juga telah berjuang untuk meningkatkan produksi menyusul kurangnya investasi atau penundaan pekerjaan pemeliharaan selama pandemi yang dimulai tahun lalu.

Namun, penyulingan minyak AS yang sedang mencari pengganti minyak mentah Teluk AS yang hilang akibat badai telah dapat beralih ke minyak Irak dan Kanada, sementara pembeli Asia telah beralih ke minyak Timur Tengah dan Rusia, kata analis dan pedagang.