Harga Minyak Menguat, Spread Harga WTI dan Brent Melebar

0
85

JAVAFX – Harga minyak menguat, spread harga WTI dan Brent melebar pada perdagangan minyak siang hari jelang sore ini setelah investor melihat produksi minyak AS akan meningkat di saat jumlah kilang minyak AS bertambah yang aktifnya dan produksi minyak OPEC yang terus menurun.

Akhir pekan lalu, Baker Hughes melaporkan bahwa jumlah kilang minyak yang diaktifkan menjadi 11 buah sehingga total kilang yang aktif sebanyak 844 buah, terbesar sejak Mei 2015 lalu. Ini juga sebagai pertanda bahwa produksi minyak AS akan lebih besar dari 10,7 juta bph seperti laporan EIA pekan sebelumnya. Tentunya ini berarti bahwa produksi minyak AS masih akan naik di pekan depan.

Situasi ini membuat spread atau jarak harga antara minyak WTI dengan Brent kembali melebar lebih dari $7 per barelnya, terbesar sejak Desember tahun silam.
Hal ini telah membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Juni di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara menguat $0,06 atau 0,08% di level $71,02 per barel. Sedangkan minyak Brent kontrak Juni di pasar ICE Futures London untuk sementara menguat $0,05 atau 0,06% di harga $78,28 per barel.

Sebelumnya harga minyak diinginkan investor untuk naik tajam karena keputusan Presiden Trump tentang Iran. Presiden Trump telah mengumumkan bahwa AS telah keluar dari kesepakatan nuklir Iran dan dalam waktu 180 hari ke depan, jika Iran dan AS tidak bisa menyepakati sesuatu yang baru, maka embargo Iran akan berlaku kembali. Embargo tersebut berupa pembatasan ekspor minyak Iran dan sekaligus pelarangan kegiatan jasa keuangan dengan Iran.

Sejauh ini pihak Rusia, Perancis, Jerman dan Inggris belum keluar dari kesepakatan nuklir tersebut, sehingga mereka masih bisa melakukan impor minyak dari Iran. Bahkan Jerman sendiri masih akan terus melindungi perusahaan-perusahaannya yang sedang berinvestasi di Iran. Begitu juga Total, perusahaan minyak asal Perancis sejauh ini masih bertahan di Iran. Inggris melalui pernyataan PM Theresa May juga ingin pihak AS duduk kembali ke perundingan karena Inggris tidak setuju dengan langkah AS.

Produksi minyak Iran mempunyai pangsa pasar sekitar 4% pasokan minyak dunia. Dengan akan adanya sanksi AS, maka pasokan minyak dunia akan semakin terbatas. Belum pagi upaya OPEC dan Rusia yang sudah membatasi produksi minyaknya sebesar 1,8 juta bph, ditambah pula produksi minyak Venezuela yang tinggal 1,5 juta bph atau sudah turun lebih dari 40% sejak awal tahun. Situasi inilah yang membuat harga Brent terus naik.
Penulis: Adhi Gunadhi
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: CNBC