JAVAFX– Harga minyak menguat pasca rencana perpanjangan komitmen OPEC pada perdagangan minyak jelang sore hari ini sebagai bentuk kekhawatiran sebagian besar produsen minyak dunia setelah melihat produksi minyak AS yang terus meningkat.
Hal ini membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Mei di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara menguat $0,66 atau 1,03% di level $64,96 per barel. Sedangkan minyak Brent kontrak Mei di pasar ICE Futures London untuk sementara menguat $0,60 atau 0,87% di harga $69,51 per barel.
Energy Information Administration menyatakan bahwa persediaan minyak mentah pemerintah AS mengalami penurunan sebesar 2,6 juta barel di pekan lalu., dan ini menunjukkan bahwa permintaan terhadap konsumsi minyak masih cukup besar meskipun musim dingin di belahan Utara bumi sudah mulai berakhir.
Hal ini merupakan sebuah kejutan bagi pedagang minyak dunia di kala produksi minyak AS sudah melewati angka 10,4 juta bph, menandakan bahwa konsumsi energi di AS masih cukup tinggi meski musim dingin sudah mulai terlewatkan.
EIA juga melaporkan bahwa impor minyak AS juga mengalami penurunan rata-rata 500 ribu bph menjadi 7,08 juta bph pekan lalu disertai pula dengan kenaikan ekspor rata-rata sebesar 86 ribu bph menjadi 1,57 juta bph.
Kondisi ini membuat Menteri Minyak Arab Saudi Khalid al-Falih menginginkan bahwa OPEC bersama Rusia dan negara produsen lainnya non-OPEC untuk segera bertemu untuk membahas perpanjangan pembatasan pasokan minyak 1,8 juta bph, yang sebelumnya berlaku hingga akhir tahun ini untuk diperpanjang sepanjang tahun 2019 nanti.
Keresahan al-Falih ini memang mempunyai alasan yang besar karena produksi minyak AS sudah melampaui produksi minyak Arab Saudi sendiri dan diprediksi bahwa produksi minyak Rusia juga akan kalah besar dengan produksi minyak AS di tahun depan.
Dukungan kenaikan harga minyak juga terjadi secara perlahan-lahan sejak awal pekan dengan terbantu bahwa produksi Venezuela yang terus melemah sejak kondisi krisis keuangan di negara di Karibia tersebut. Rata-rata produksi Venezuela sebelumnya 2 juta bph dan sejak adanya krisis ekonomi serta embargo AS, produksi minyakterus turun hingga rata-rata 1,5 juta bph.
Masalah perang dagang yang sedang melanda antara AS dengan China juga membawa berkah bagi harga minyak, di mana mata uang AS, dolar AS mengalami pelemahannya. Dengan melemahnya dolar AS, maka nilai beli minyak akan lebih murah daripada ketika dolar AS sedang menguat.
Penulis: Adhi Sunadhi
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: CNBC