JAVAFX – Berita minyak di hari Kamis(25/1/2018), harga minyak menguat kembali pada perdagangan sore hari ini dimana ada unsur aksi beli lanjutan yang terjadi karena EIA menyatakan persediaan minyak AS mengalami penurunan yang disertai juga dengan pelemahan greenback sehingga harga beli minyak terlihat lebih murah.
Alhasil membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Januari di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara menguat $0,57 atau 0,87% di level $66,18 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak Januari di pasar ICE Futures London sementara sedang menguat $0,35 atau 0,50% di harga $70,88 per barel.
EIA melaporkan bahwa persediaan minyak mentah AS turun untuk 10 minggu berturut-turut sebesar 1,071 juta barel. Persediaan minyak bensin naik 3,1 juta barel, sedangkan persediaan minyak pemanas dan solar naik sebesar 639 ribu barel. EIA juga menyebut bahwa produksi minyak AS juga mengalami kenaikan 128 ribu bph menjadi total 9,878 juta bph, mendekati rekor tertinggi produksi minyak serpih dalam sejarah AS pada tahun 1970 sebesar 10,04 juta bph.
Penguatan harga minyak juga didukung oleh melemahnya dolar AS pasca ucapan Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin bahwa pelemahan dolar AS akan membantu kinerja perdagangan AS. Dolar AS hingga siang ini masih tertekan sehingga harga Brent tadi pagi sempat menembus level $71 per barel.
Hasil perdagangan semalam juga telah mempersempit jarak harga atau spread antara minyak Brent dengan WTI menjadi sekitar $4 per barel dari sebelumnya yang sempat membuat jarak keduanya sekitar $7 per barel. Sempitnya spread tersebut akan memberi peluang bahwa produksi minyak AS bisa menurun di kemudian hari karena harga minyak Brent terlihat lebih murah di mana konsumen global sebetulnya lebih memilih Brent karena kualitasnya lebih bagus.
Harga minyak berhasil menjaga sisi penguatannya juga di bantu oleh pernyataan dari Menteri Energi Arab Saudi Khalid al-Falih serta Menteri Energi Rusia Alexander Novak, bahwa OPEC dan Rusia masih belum memikirkan untuk segera mengakhiri komitmen pembatasan produksi minyak 1,8 juta bph akan diakhiri pada Desember 2018 ini. Al-Falih dan Novak berharap bahwa setelah akhir Desember 2018, pihak OPEC sebaiknya terus bekerja sama dengan Rusia dan 11 negara produsen minyak lainnya untuk tetap menjaga pasokan minyak dengan stabil.
Al-Falih dan Novak juga menyatakan bahwa keseimbangan pasokan minyak masih jauh dari harapan yang diinginkan, sehingga dirinya memperkirakan setidaknya keseimbangan tersebut bisa dilihat setelah 2019 nanti. Artinya butuh waktu yang panjang komitmen pembatasan produksi minyak tersebut baru dikatakan berhasil mengatasi masalah kelebihan pasokan.
IMF dalam pertemuan di Forum Ekonomi Dunia di Davos Swiss menyatakan bahwa proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada tahun 2018 dan 2019 mengalami kenaikan 0,2% menjadi 3,9% berkat adanya dorongan pemotongan pajak AS akhir tahun lalu. Naiknya pertumbuhan global ini tentu membuat kebutuhan alias permintaan terhadap energi atau minyak akan naik karena produktivitas akan mengalami peningkatan.
Produksi minyak Venezuela tahun kemarin turun menjadi 2 juta bph atau di bawah perkiraan sebelumnya yang menjadi 2,5 juta bph. Beberapa pihak menyatakan bahwa produksi minyak Venezuela di tahun ini bisa lebih menurun, sehingga kegiatan produksi di AS yang terus naik bisa diimbangi oleh pasokan Venezuela yang memnag sedang menurun.
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: Reuters