Harga Minyak Menguat Didorong Rendahnya Persediaan Minyak AS

0
95

JAVAFX – Harga minyak menguat didorong rendahnya persediaan minyak AS pada perdagangan minyak siang hari jelang sore ini setelah investor melihat potensi pereediaan minyak AS mengalami penurunan menandakan bahwa permintaan minyak masih cukup tinggi.

Akhir pekan lalu, Baker Hughes melaporkan bahwa jumlah kilang minyak yang diaktifkan menjadi 11 buah sehingga total kilang yang aktif sebanyak 844 buah, terbesar sejak Mei 2015 lalu. Ini juga sebagai pertanda bahwa produksi minyak AS akan lebih besar dari 10,74 juta bph seperti laporan EIA pekan sebelumnya. Tentunya ini berarti bahwa produksi minyak AS masih akan naik di pekan depan.

Sejauh ini produksi minyak AS sudah naik 27% dibanding 2 tahun lalu, namun Energy Information Administration menyatakan semalam bahwa persediaan minyak pemerintah AS mengalami penurunan sebesar 1,4 juta barel, padahal memperkirakan akan ada kenaikan persediaan sebesar 763 ribu barel. Kondisi ini tentu membuat investor akan berebut mendapatkan minyak.

Namun situasi ini telah membuat spread atau jarak harga antara minyak WTI dengan Brent masih melebar lebih sekitar $8 per barelnya, terbesar sejak Desember tahun silam dan ANZ menyatakan bahwa minyak Brent akan segera berada di atas level $80 per barelnya.

Hal ini telah membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Juni di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara melemah $0,20 atau 0,28% di level $71,69 per barel. Sedangkan minyak Brent kontrak Juni di pasar ICE Futures London untuk sementara melemah $0,09 atau 0,11% di harga $79,37 per barel.

Sebelumnya harga minyak sedikit alami hambatan setelah International Energy Agency menyatakan bahwa diperkirakan tahun depan pertumbuhan permintaan minyak akan mengalami penurunan dari 1,5 juta bph menjadi 1,4 juta bph dan rata-rata permintaan minyak dunia masih stabil di angka 99,2 juta bph untuk tahun depan.

Investor masih yakin dengan naiknya harga minyak dengan catatan permintaan minyak dunia masih akan tumbuh asalkan pertumbuhan ekonomi dunia tetap ada disertai pula nilai dolar AS yang tidak terlalu menguat lagi.
Penulis: Adhi Gunadhi
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: CNBC