JAVAFX – Harga minyak memburuk akibat perang tarif pada perdagangan minyak siang hari jelang sore ini dimana kondisi selalu terjadi ketika ekskalasi tarif AS dengan China terus meningkat sehingga dapat menurunkan kinerja ekonomi dunia.
Sebelumnya pemerintah AS lewat Energy Information Administration menyatakan bahwa persediaan minyak AS di pekan lalu akan mengalami penurunan sebesar 5,3 juta barel disebabkan penurunan jumlah produksi kilang dan penutupannya. Penurunan persediaan kali ini terbesar sejak Februari 2015. EIA menyatakan juga bahwa produksi minyak pada pekan lalu juga turun 100 ribu bph menjadi 10,9 juta bph. Dan Baker Hughes juga menambah 2 kilang kembali untuk diaktifkan alias berproduksi kembali sebagai upaya menambah pasokan minyak AS.
Namun karena masalah tarif masih terus membuat permintaan dari beberapa negara konsumen minyak utama dunia seperti China dan India terus berkurang karena perang tarif telah menurunkan kinerja ekonomi mereka. Turunnya kinerja ekonomi biasanya berdampak bahwa harga minyak dalam tekanan. Belum lagi ancaman sanksi Iran yang telah membuat India akan mengurangi setengah permintaan minyaknya ke Iran dengan jumlah hampir 2 juta bph. Kondisi ini makin membuat pasar prihatin, di saat Iran dilarang melakukan ekspor, OPEC juga masih membatasi pasokannya.
Hal ini telah membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak September di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara melemah $0,12 atau 0,17% di level $68,87 per barel. Sedangkan minyak Brent kontrak Oktober di pasar ICE Futures London untuk sementara menguat $0,13 atau 0,17% di harga $77,96 per barel.
Kondisi ini diperberat mengingat Presiden Trump sudah menyiapkan tarif baru kepada China sehingga tensi perang dagang sungguh mengganggu pergerakan minyak. Apalagi Kanada belum diikutsertakan dalam NAFTA, membuat kawasan Amerika Utara masih rawan konflik tarif.
Perang dagang akan membawa konsekuensi akan turunnya pertumbuhan sebuah negara sehingga permintaan akan minyak juga dapat dipastikan mengalami penurunan. Inilah yang ditakutkan oleh pelaku pasar jika masalah perang dagang muncul lagi.
(Sumber: Analis JAVAFX)
Author : Adhi Gunadhi