JAVAFX – Harga minyak membaik seiring dolar AS perlahan pada perdagangan petang awal pekan ini, namun sepertinya harga minyak masih akan ditutup melemah di sekitaran level terendah dalam 7 bulan terakhir.
Pergerakan positif minyak memang sedikit banyak terpengaruhi dengan aktivitas pasar mata uang dunia, dimana sebagian besar pembeli minyak menggunakan dasar mata uang dolar AS, sehingga ketika dolar AS melemah maka investor menyikapi aksi beli sejenak ketika harga minyak terlihat lebih murah ketimbang dolar AS sedang menguat.
Sampai berita ini ditulis, harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Juli di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara bergerak menguat $0,12 atau 0,27% di level $44,86 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak Agustus di pasar ICE Futures London untuk sementara menguat $0,15 atau 0,32% di harga $47,52 per barel.
Sebetulnya masih menjadi latar belakang perjalanan harga minyak dunia sejauh ini, dimana belum adanya pemecahan masalah antara produksi minyak AS dengan pemangkasan produksi minyak OPEC, yang menurut kami kondisi ini bisa berlanjut hingga OPEC dan 10 negara produsen minyak non-OPEC untuk mengevaluasi kembali komitmen pemangkasan produksi minyak pada pertemuan di 30 November nanti.
Sejauh ini harga minyak masih berada di dekat area 7 bulan terendahnya. Dalam laporan Reuters pekan lalu, Rusia sebagai negara yang ikut komitmen pemangkasan produksi minyak bersama OPEC, diperkirakan telah melakukan ekspornya sebesar 61,2 juta ton atau setara dengan 5 juta barel perhari melalui jaringan pipa pada kuartal ketiga nanti, lebih besar daripada kuartal kedua yang mencapai 60,5 juta ton. Untuk ekspor melalui tanker, Rusia diperkirakan akan sebesar 9 juta barel perhari.
Harga minyak sulit bangkit setelah di minggu lalu Energy Information Administration menyatakan bahwa persediaan minyak pemerintah AS mengalami penurunan sedikit dibawah perkiraan yaitu sebesar 1,66 juta barel di akhir pekan lalu.
Sebetulnya minyak masih susah untuk bangkit kembali setelah International Energy Agency juga melaporkan bahwa produksi minyak OPEC yang dipangkas tetap akan diimbangi oleh peningkatan produksi minyak AS, sehingga IEA memberi peringatan bahwa harga minyak akan tetap rendah hingga tahun depan karena dunia masih kelebihan pasokan.
IEA juga mencatat bahwa di 2018 nanti produksi minyak non-OPEC kemungkinan besar akan naik menjadi 1,5 juta barel perhari, sedangkan di tahun ini produksi akan tumbuh 700 ribu barel perhari.
Akhir pekan lalu atau rig milik pemerintah AS kembali diaktifkan untuk minggu ke 22, demikian menurut Baker Hughes sehingga total yang aktif menjadi 747 rig dari beberapa kilang minyak seperti Permian Basin, Eagle Ford, Bakken dan Niobrara. Goldman Sachs menilai laporan Baker Hughes menyatakan bahwa produksi minyak AS dari akhir kuartal tahun lalu hingga akhir kuartal tahun ini produksi minyak AS akan bertambah rata-rata menjadi 770 ribu barel perhari.
Sejauh ini OPEC sendiri khususnya Arab Saudi telah mengurangi ekspor minyaknya ke Asia demi mengurangi persediaan minyak dunia. Padahal beberapa negara besar Asia justru memang sedang mengurangi konsumsi minyaknya.
Menteri Keuangan Jepang Taro Aso menyatakan tadi pagi bahwa impor minyak Jepang turun dari awal tahun hingga Mei sebesar 13,5%. India sendiri juga turun 4,2% impor minyaknya. China sendiri menyatakan bahwa pertumbuhan permintaan impor juga mulai menurun.
Sumber berita: Bloomberg, Investing, MarketWatch, Reuters
Sumber gambar: Shutterstock