JAVAFX – Harga minyak melemah tanpa daya pada perdagangan kemarin seolah tiada kata berhentinya meski ancaman badai Cindy akan menutup 17% produksi minyak AS.
Ancaman badai Cindy di wilayah Texas dan Louisiana dan bisa menutup ratusan kilang minyaknya sehingga AS akan kehilangan 17% produksi dari 9,35 juta barel perhari, tetap saja harga minyak dunia turun tajam bahkan harga minyak Brent sudah dibawah harga $45 perbarel.
Sepertinya tingginya pasokan minyak yang berlimpah membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Juli di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk perdagangan kemarin ditutup melemah $0,98 atau 2,25% di level $42,53 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak Agustus di pasar ICE Futures London ditutup melemah $1,23 atau 2,67% di harga $44,79 per barel.
Meski semalam Energy Information Administration telah menyatakan bahwa stok minyak pemerintah AS turun 2,45 juta barel, angka tersebut masih diatas perkiraan pasar 2,1 juta barel, namun harga minyak masih terkena imbas aksi jual lebih lanjut.
Semua ini dikarenakan produksi minyak AS menurut EIA di bulan lalu mengalami kenaikan 20 ribu barel menjadi 9,35 juta barel perhari. Sebelumnya juga American Petroleum Institute melaporkan bahwa persediaan minyak AS akan turun sebesar 2,720 juta barel di minggu lalu. Dengan hasil data stok minyak AS menurut API EIA tersebut diatas harusnya harga minyak bisa positif pagi ini setelah semalam tertekan lebih dari 2%.
Sepanjang perdagangan tahun ini, harga minyak dunia sudah mengalami penurunan hampir 22% dan mendekati level 10 bulan terendahnya. Hal ini disebabkan masih adanya perseteruan abadi diantara produksi minyak AS dengan pemangkasan produksi minyak OPEC, yang menurut kami kondisi ini bisa berlanjut hingga OPEC dan 10 negara produsen minyak non-OPEC untuk mengevaluasi kembali komitmen pemangkasan produksi minyak pada pertemuan di 30 November 2017.
Situasi produksi minyak di Libya yang dibebaskan oleh OPEC untuk tidak ikut komitmen pengurangan produksi minyak OPEC 1,8 juta barel perhari, dapat dipastikan akan mengalami kenaikan produksinya setelah salah satu kilang produksi minyak Libya yang bekerjasama sebelumnya dengan perusahaan Jerman, Wintershal, telah berhasil mencapai kata sepakat.
Menteri minyak Arab Saudi Khalid al-Falih sempat berusaha mencegah penurunan harga tersebut, dimana produksi minyak Libya dan Nigeria yang berlimpah masih bisa diatasi oleh produksi minyak Aljazair yang sedang menurun.
Dan tampaknya harga minyak masih bereaksi negatif dengan ucapan al-Falih tersebut, karena permintaan Asia terhadap impor minyak juga mengalami penurunan. Seperti kita ketahui bahwa pasar Asia adalah pasar terbesar pengkonsumsi minyak dunia. Jepang kemarin menyatakan bahwa sepanjang tahun ini Jepang sudah mengurangi impor minyaknya hingga 13,5%, demikian juga dengan India yang sama untuk mengurangi impor minyaknya di tahun ini sebesar 4,2%.
Kontrak penjualan minyak WTI sebanyak 70 ribu kontrak sedang menunggu untuk mendapatkan giliran dijual oleh investor minyak, ini merupakan pertanda bahwa pasar global sedang kelebihan stok sehingga sampai akhir bulan harga minyak tampaknya akan diobral.
Kondisi minyak yang tergerus selama 4 minggu ini, membuat JPMorgan and Chase merevisi ulang target harga minyak dunia untuk tahun 2018, dimana minyak WTI direvisi $11 perbarel dari $53,50 perbarel menjadi $42 perbarel, dan minyak Brent direvisi $10 perbarel dari $55,50 perbarel menjadi $45 perbarel.
Sumber berita: Bloomberg, Investing, MarketWatch, Reuters
Sumber gambar: xalqqazeti dot com