JAVAFX – Harga minyak melemah sesaat pada perdagangan sore ini sebagai dampak aksi ambil untung sejenak setelah dalam 8 hari perdagangan sebelumnya mengalami kondisi beli secara berurutan tanpa koreksi sama sekalipun.
Sebetulnya dalam 8 hari perdagangan sebelumnya, minyak sendiri mengalami kenaikan yang terbata-bata setelah melihat produksi minyak OPEC yang terus menunjukkan peningkatannya di bulan lalu.
Sebelumnya harga minyak mengalami kenaikan terus-menerus pasca turunnya produksi minyak AS akibat penutupan beberapa ratus kilang minyaknya akibat gangguan cuaca. Bahkan akhir pekan lalu, Baker Hughes melaporkan bahwa kilang minyak lepas pantai AS atau rig terdapat 2 lokasi yang ditutup, mengakhiri minggu ke 23 aktifnya rig AS sejak tahun lalu.
Sejauh ini jumlah rig yang aktif hingga sekarang lebih besar 430an buah dibanding tahun lalu sehingga memang kondisi produksi minyak di AS lambat laun mengalami kenaikan dan diperkirakan akhir tahun mencapai 10 juta barel perhari.
Selain itu kondisi penguatan greenback turut membantu pelemahan harga minyak kali ini. Sampai berita ini ditulis, harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Agustus di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara bergerak melemah $0,15 atau 0,32% di level $46,92 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak September di pasar ICE Futures London untuk sementara melemah $0,19 atau 0,30% di harga $49,53 per barel.
Pada perdagangan sehari sebelumnya harga minyak mengalami penguatannya sebagai bentuk kekhawatiran pasokan minyak global yang sudah mulai mengikis. Rabu malam minggu lalu, dinyatakan dalam laporan mingguannya, Energy Information Administration memaparkan data bahwa stok minyak pemerintah AS naik 118 ribu barel, diatas perkiraan pasar yang minus 2,1 juta barel, serta menyatakan bahwa produksi minyak AS mengalami penurunan sebesar 100 ribu barel perhari menjadi 9,25 juta barel perhari.
EIA juga menyatakan bahwa persediaan bahan bakar minyak atau bensin mengalami penurunan sebesar 894 ribu barel, diatas perkiraan pasar yang turun 583 ribu barel. Sedangkan minyak suling atau minyak distilasi mengalami penurunan juga menjadi 223 ribu barel, jauh dibawah perkiraan pasar yang naik 453 ribu barel.
Kamis lalu Societe Generale telah menurunkan target harga kuartal ketiga dari minyak dunia menjadi $47,5 perbarel dari sebelumnya $55 perbarel, dan akhir pekan lalu Bank of America Merrill Lynch juga menurunkan target harga minyak, untuk Brent dari $54 perbarel menjadi $50 perbarel, sedangkan minyak WTI turun dari $52 perbarel menjadi $47 perbarel. Dengan begitu maka investor harus hati-hati dengan harga minyak dikemudian hari yang kemungkinan besar dalam tren menurunnya.
Dilaporkan juga bahwa kondisi minyak sedang oversupply setelah OPEC di Juni kemarin menyatakan bahwa produksinya mengalami peningkatan sebesar 280 ribu barel perhari menjadi 32,72 juta barel perhari, sebuah angka produksi minyak tertinggi di tahun ini, demikian ungkap survei dari Reuters.
Namun beberapa konsultan minyak seperti BMI menyatakan bahwa rata-rata harga minyak dunia mengalami kenaikannya di tahun ini dan tahun depan. Minyak WTI mempunyai rata-rata harga $51 perbarel dan $52 perbarel untuk 2018. Sedang minyak Brent di tahun ini $54 perbarel dan 2018 menjadi $55 perbarel.
BMI melihat bahwa turunnya harga minyak mempengaruhi produksi minyak AS itu sendiri dengan akan turunnya produksi secara otomatis sehingga keseimbangan permintaan dan penawaran monyak global akan terjaga.
Libur perdagangan di AS membuat spekulan dan investor melakukan likuidasi terlebih dahulu posisinya dan mengambil sikap menunggu di perdagangan Rabu nanti.
Sumber berita: Bloomberg, Investing, MarketWatch, Reuters
Sumber gambar: Morocco World News