JAVAFX– Harga minyak melemah sejenak disaat bursa Shanghai lakukan transaksi minyak pertama kalinya pada perdagangan minyak jelang sore hari ini sebagai bentuk kekhawatiran sebagian besar produsen minyak dunia setelah melihat produksi minyak AS yang terus meningkat.
Hal ini membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Mei di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara melemah $0,37 atau 0,56% di level $65,51 per barel. Sedangkan minyak Brent kontrak Mei di pasar ICE Futures London untuk sementara melemah $0,24 atau 0,34% di harga $70,24 per barel.
Energy Information Administration menyatakan bahwa persediaan minyak mentah pemerintah AS mengalami penurunan sebesar 2,6 juta barel di pekan lalu, dan ini menunjukkan bahwa permintaan terhadap konsumsi minyak masih cukup besar meskipun musim dingin di belahan Utara bumi sudah mulai berakhir. Hal ini merupakan sebuah kejutan bagi pedagang minyak dunia di kala produksi minyak AS sudah melewati angka 10,4 juta bph, menandakan bahwa konsumsi energi di AS masih cukup tinggi meski musim dingin sudah mulai terlewatkan.
Apalagi akhir pekan lalu, Baker Hughes melaporkan bahwa jumlah kilang minyak AS telah bertambah 4 buah yang diaktifkan kembali sehingga total kilang minyak atau rig yang aktif berjumlah 804 buah. Dapat dipastikan juga bahwa produksi minyak AS akan bertambah lagi di pekan ini.
Kondisi ini membuat Menteri Minyak Arab Saudi Khalid al-Falih menginginkan bahwa OPEC bersama Rusia dan negara produsen lainnya non-OPEC untuk segera bertemu untuk membahas perpanjangan pembatasan pasokan minyak 1,8 juta bph, yang sebelumnya berlaku hingga akhir tahun ini untuk diperpanjang sepanjang tahun 2019 nanti.
Keresahan al-Falih ini memang mempunyai alasan yang besar karena produksi minyak AS sudah melampaui produksi minyak Arab Saudi sendiri dan diprediksi bahwa produksi minyak Rusia juga akan kalah besar dengan produksi minyak AS di tahun depan. Diperkirakan bahwa dalam 2 tahun mendatang, produksi minyak AS bisa mencapai diatas 11 juta bph, atau mendekati angka produksi minyak Rusia.
Bursa Shanghai telah membuka perdagangan komoditasnya, termasuk untuk perdagangan minyak dunia. Setelah Brent yang dikuasai pasar London dan WTI di pasar Chicago, pasar minyak Asia sekarang bertopang kepada harga yang ada di bursa China tersebut, di mana Asia merupakan pasar terbesar bagi minyak dunia.
Masalah perang dagang yang sedang melanda antara AS dengan China juga membawa berkah bagi harga minyak, di mana mata uang AS, dolar AS mengalami pelemahannya. Dengan melemahnya dolar AS, maka nilai beli minyak akan lebih murah daripada ketika dolar AS sedang menguat. Namun sayangnya, sisi produksi industri yang terancam melemah akibat perang dagang tersebut, telah menimbulkan sentimen bahwa konsumsi energi juga akan ikut menurun.
Penulis: Adhi Sunadhi
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: CNBC