JAVAFX – Harga minyak melemah sejenak pada perdagangan sore hari ini dimana ada unsur aksi ambil untungnya setelah bergerak mendatar semalam yang di picu oleh impor minyak China yang turun disertai pula adanya ekspor minyaknya sebagai bentuk serapan konsumsi China yang mengecil.
Alhasil membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Januari di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara melemah $0,38 atau 0,60% di level $63,42 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak Januari di pasar ICE Futures London sementara sedang melemah $0,14 atau 0,20% di harga $69,12 per barel.
Data minyak China di Desember lalu menunjukkan bahwa impor minyak mentah China turun menjadi 33,7 juta ton atau setara dengan 7,97 juta bph, atau turun dari periode sebelumnya yang mencapai 37,04 juta ton. Sedang ekspor produk minyak China bulan Desember mencapai rekor 6,17 juta ton, karena kilang China menghasilkan lebih banyak bahan bakar daripada yang bisa di serap China.
Selain itu harga minyak sedang mengalami saat-saat aksi ambil untungnya di mana terdapat faktor menanti sanksi Iran yang terasa cukup kental sejak perdagangan semalam di mana ada informasi bahwa Presiden Trump akan memberi hukuman kepada Iran sanksi yang baru akibat dari gelombang protes anti pemerintah Teheran yang hingga saat ini masih berlangsung. Seperti kita ketahui bahwa baru 2 tahun ini Iran diberi kelonggaran untuk melakukan ekspor minyaknya setelah di embargo oleh dunia selama beberapa tahun akibat dari pengembangan nuklirnya. Bila diberi sanksi lagi, maka pasokan minyak dunia akan goyah lagi.
Sebelumnya harga minyak masih di level 3 tahun tertingginya setelah Energy Information Administration dalam laporan mingguannya menyatakan bahwa persediaan minyak mentah pemerintah AS di pekan sebelumnya mengalami penurunan sebesar 4,9 juta barel. Dan juga menyatakan bahwa produksi minyak AS di pekan sebelumnya mengalami penurunan 290 ribu bph menjadi total produksi 9,49 juta bph. Kapasitas penggunaan penyulingan juga mengalami penurunan 1,4% menjadi total kapasitas terpasang 95,3%.
Dapat dipahami bahwa secara umum produksi minyak eksplorasi maupun produksi penyulingannya mengalami penurunan dan permintaan juga tidak terlalu besar karena kondisi cuaca dingin yang ekstrem. Sebelumnya, EIA dalam laporan bulanannya telah menaikkan perkiraan harga minyak WTI untuk tahun ini menjadi $55,33 per barel dan minyak Brent menjadi $59,74 per barel.
Pekan ini, OPEC juga dilaporkan bahwa tingkat kepatuhan pembatasan pasokan minyak 1,8 juta bph naik dari 125% di November menjadi 128% di Desember lalu. Namun produksi minyak OPEC mengalami kenaikan sebesar 50 ribu bph sehingga total menjadi 32,40 juta bph, sedikit di bawah target komitmen 32,50 juta bph.
Presiden OPEC yang sekaligus Menteri Minyak Uni Emirat Arab, Suhail al-Mazrouei menyatakan bahwa 2018 ini kondisi antara penawaran dengan permintaan minyak dunia akan mencapai keseimbangannya berkat komitmen pembatasan pasokan minyak dari OPEC dan 11 negara non-OPEC hingga akhir tahun ini.
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: Reuters