JAVAFX – Berita minyak di hari Senin(29/1/2018), harga minyak melemah pasca dolar AS rebound tipis pada perdagangan sore hari ini dimana ada unsur aksi ambil untung sejenak yang terjadi karena investor khawatir bahwa data ekonomi AS nanti malam membaik lagi dan minyak makin menurun harganya.
Alhasil membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Maret di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara menguat $0,06 atau 0,09% di level $66,20 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak Maret di pasar ICE Futures London sementara sedang melemah $0,19 atau 0,27% di harga $70,33 per barel.
Laporan Baker Hughes yang mengaktifkan kembali 12 lokasi pengeboran minyak sehingga total menjadi 759 rig yang aktif kembali. Produksi minyak AS tersebut sungguh mengkhawatirkan banyak pihak termasuk Arab Saudi dan Rusia di mana produksi AS makin mendekati produksi minyak Rusia yang mencapai 10,98 juta bph di tahun lalu.
Sejauh ini harga minyak sudah naik hampir 60% sejak pertengahan tahun lalu, namun produksi minyak AS sendiri juga telah naik sekitar 17% sejak pertengahan 2016. EIA juga menyebut bahwa produksi minyak AS juga mengalami kenaikan 128 ribu bph menjadi total 9,878 juta bph, mendekati rekor tertinggi produksi minyak serpih dalam sejarah AS pada tahun 1970 sebesar 10,04 juta bph.
Hal lain yang memperberat usaha OPEC dan Rusia dalam rangka pembatasan pasokan minyak dunia adalah produksi minyak Kanada dengan total produksi sekarang sekitar 4,2 juta bph dan kemungkinan akan mengalami kenaikan 335 ribu bph di tahun ini seiring dengan peningkatan belanja investasi perusahaan minyak di sana.
Hasil perdagangan beberapa hari ini ternyata telah mempersempit jarak harga atau spread antara minyak Brent dengan WTI menjadi sekitar $5 per barel dari sebelumnya yang sempat membuat jarak keduanya sekitar $7 per barel. Sempitnya spread tersebut akan memberi peluang bahwa produksi minyak AS bisa menurun di kemudian hari karena harga minyak Brent terlihat lebih murah di mana konsumen global sebetulnya lebih memilih Brent karena kualitasnya lebih bagus.
Sebuah catatan dari Bank of America Merrill Lynch hari ini menyatakan harga minyak masih bisa tinggi karena kenaikan suku bunga the Fed yang menandakan pertumbuhan ekonomi AS mulai terus membaik dan membuat negara-negara maju lainnya serta negara-negara berkembang sedang membaik kinerja ekonominya sehingga membutuhkan bahan bakar energi yang lebih besar.
Hal ini juga mendorong JPMorgan membuat kenaikan perkiraan harga minyak Brent di tahun ini sebesar $10 per barel menjadi $70 per barel dan minyak WTI naik $10,70 per barel menjadi $65,63 per barel.
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: Reuters