JAVAFX – Harga minyak melemah dipicu akan naiknya produksi minyak AS di bulan depan sehingga mengakhiri rangkaian penguatan harga minyak 5 hari berturut-turut.
Kondisi harga minyak memang terus membaik di perdagangan 5 hari sebelumnya dimana beberapa kali stok minyak AS yang masih terus turun diimbangi oleh kenaikan produksi minyak, baik dari AS maupun dari OPEC dan permintaan minyak dunia yang kemungkinan besar akan menurun di tahun depan.
Namun semalam rangkaian penguatan tersebut berakhir tatkala Energy Information Administration semalam memperkirakan bahwa produksi minyak AS di Agustus nanti yang berasal dari 7 kilang utamanya, diperkirakan akan mengalami kenaikan produksi sekitar 113 ribu barel perharinya sehingga total akan menjadi 5,585 juta barel perhari. Inilah yang membuat harga minyak mengakhiri penguatan 5 hari perdagangan sebelumnya.
Ric Spooner, analis dari CMC Market menyatakan bahwa ketika harga mendekati $40 perbarel, produsen minyak dunia akan menginjak rem produksinya, namun ketika mendekati $50 perbarel barulah produsen menggenjot produksi minyaknya.
Akan meningginya produksi minyak AS membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Agustus di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk perdagangan sebelumnya ditutup melemah $0,54 atau 1,16% di level $46,00 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak September di pasar ICE Futures London ditutup melemah $0,50 atau 1,02% di harga $48,41 per barel.
Sinyal penguatan harga minyak sebetulnya masih ada di hari ini dimana kita bisa melihat bahwa permintaan impor minyak China pada 6 bulan pertama tahun ini menjadi 8,55 juta barel perhari atau naik 13,8% dibandingkan periode yang sama setahun lalu. Dengan laporan tersebut maka China merupakan negara kedua terbesar setelah AS yang mempunyai konsumsi minyak yang tinggi.
Di lain pihak, produksi minyak dalam negeri China sendiri sedang menurun. Pada semester pertama tahun ini, produksi minyak domestik China rata-rata 4 juta barel perhari, atau sudah turun 5,1% dari awal tahun perhitungan produksi. Lemahnya produksi dalam negeri tersebut tidak dapat mengimbangi permintaan yang makin menajam, sehingga wajar sekali bahwa impornya mengalami kenaikan.
Pada perdagangan sepekan lalu, penguatan didukung oleh laporan mingguan Energy Information Administration yang menyatakan bahwa persediaan minyak pemerintah AS turun sebesar 7,6 juta barel menjadi total 495,4 juta barel dan merupakan penurunan terbesar sejak 10 bulan terakhir. Sedang jumlah total stok minyak AS masih diatas rata-rata setengah tahunnya. EIA juga menyebutkan bahwa persediaan bahan bakar minyak mengalami penurunan sebesar 1,65 juta barel dan stok minyak destilasi atau minyak penyulingan juga mengalami penurunan sebesar 3,13 juta barel.
Sepertinya persediaan minyak AS di minggu lalu kemungkinan besar masih akan turun, dimana dari laporan Baker Hughes diminggu lalu menyatakan jumlah rig yang diaktifkan hanya bertambah 2 rig atau kilang minyak lepas pantai AS sehingga total menjadi 765 rig. Ini membuktikan bahwa produsen minyak AS juga khawatir dengan harga minyak yang susah naik.
Sumber berita: Bloomberg, Investing, MarketWatch, Reuters
Sumber gambar: The Telegraph