Harga minyak mentah dalam perdagangan di bursa berjangka kembali dibawah tekanan. Sejumlah data ketenaga kerjaan di minggu ini dapat menjadi sentiment utama. Keraguan tentang kesepakatan minyak AS-Iran bergabung dengan kekhawatiran soal resesi yang mengganggu para pialang. Sementara dalam jangka pendek, keputusan OPEC+ akan menjadi penting.
Minyak mentah berjuang untuk memperpanjang kenaikan mingguan sebelumnya, dengan bergerak ke $92,50 pada awal perdagangan sesi Asia, setelah para pedagang menyaksikan katalis yang beragam di akhir pekan. Di antara mereka, ada kekhawatiran utama seputar kesepakatan minyak AS-Iran dan resesi. Harga minyak terlihat berpotensi untuk berayun kembali dan menyodok resisten sebelumnya di sekitar $96,10.
Sejauh ini, baik AS dan Iran tetap berselisih mengenai rincian penting dari kesepakatan yang muncul untuk menghidupkan kembali perjanjian nuklir penting dan mungkin perlu beberapa minggu untuk menyelesaikan perbedaan mereka, mengutip laporan Bloomberg pada hari Sabtu. Berita itu juga menyebutkan bahwa meski Washington dan Teheran setuju untuk menghidupkan kembali perjanjian itu, namun untuk menerapkannya akan menjadi tantangan. Hal ini menyiratkan bahwa pengembalian penuh Iran ke pasar minyak akan memakan waktu berbulan-bulan.
Sementara itu, sejumlah pernyataan eksekutif Fed masih terdengar bernada hawkish, termasuk Ketua Fed Jerome Powell di Jackson Hole kemarin, yang terlihat tidak terlalu memperhatikan kesengsaraan akibat resesi. Hal ini membuat kekhawatiran perlambatan ekonomi bergabung dengan kenaikan suku bunga dan dapat mendorong permintaan dolar AS sebagai asset safe haven, yang pada gilirannya dapat menekan turun harga minyak.
Disisi lain, terjadi peningkatan ketegangan hubungan antara AS-China, yang juga pada gilirannya dapat meningkatkan kekhawatiran tentang permintaan minyak. Militer China di hari Minggu mengatakan bahwa mereka sedang memantau kapal Angkatan Laut AS yang berlayar melalui Selat Taiwan, mempertahankan kewaspadaan tinggi dan siap untuk mengalahkan segala provokasi.
Laporan lain menyatakan kemungkinan pengurangan produksi OPEC + jika produksi Iran kembali. Selama pekan lalu, Menteri Energi Arab Saudi Pangeran Abdulaziz bin Salman mengatakan bahwa OPEC dan sekutunya mungkin terpaksa mengurangi produksi minyak. Tertangkap kesan bahwa Arab Saudi tidak mau mentolerir penurunan harga di bawah $90. Sejumlah pialang melihat hal ini sebagai undangan untuk berkeyakinan potensi kenaikan harga lebih lanjut tanpa perlu takut akan penurunan harga yang lebih jelas. Kajian produksi yang akan diterbitkan minggu depan kemungkinan akan menunjukkan bahwa OPEC kembali memproduksi minyak yang jauh lebih sedikit daripada yang disepakati pada Agustus.
Dengan kata lain, kemungkinan penundaan dalam kesepakatan minyak AS-Iran dan pengurangan produksi OPEC+ dapat bergabung dengan ketakutan ekonomi yang membayangi dapat mendorong harga minyak naik kembali. Namun demikian penguatan dolar AS tampaknya menjadi katalis utama yang harus diperhatikan, dimana gilirannya soal laporan pekerjaan AS pada Jumat mendatang untuk data bulan Agustus sebagai faktor penting untuk melihat pergerakan dalam jangka pendek.