Minyak turun sejak sesi Kamis pagi di Asia, atas meningkatnya persediaan bahan bakar AS sehingga meningkatkan kekhawatiran melemahnya permintaan minyak mentah di pasar konsumen minyak terbesar dunia di samping naiknya stok.
Minyak mentah berjangka Brent terakhir terpantau mengalami penurunan 0,33% menjadi $26,95. Sementara minyak WTI berjangka turun 0,33% menjadi $ 59,57.
Data pasokan minyak mentah AS dari Administrasi Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan penurunan 3,522 juta barel, berbanding penurunan 1,436 juta barel yang diperkirakan para pengamat dan 876.000 barel penurunan yang dilaporkan minggu sebelumnya. Data pasokan dari American Petroleum Institute sehari sebelumnya menunjukkan penarikan 2,618 juta barel.
Data EIA juga mengatakan bahwa persediaan bahan bakar melonjak menjadi 4,044 juta barel, berbanding perkiraan penurunan 221.000 barel dan penurunan 1,735 juta barel yang dilaporkan selama pekan sebelumnya. Beberapa pelaku pasar mendesak kehati-hatian karena penyulingan meningkatkan produksi menjelang aktifitas musim panas.
Sementara itu, pasokan minyak mentah global juga meningkat karena Rusia dilaporkan meningkatkan produksinya dari level rata-rata bulan Maret dalam beberapa hari pertama bulan April. Pasokan Iran juga kemungkinan meningkat, karena pembicaraan atas upaya menghidupkan kembali kesepakatan nuklir dengan AS dan negara lain terus berlanjut dan meningkatkan kemungkinan bahwa beberapa sanksi dapat dicabut.
Pelaku pasar terus menarik harapan pemulihan permintaan bahan bakar, namun, dari prediksi IMF tentang pertumbuhan global yang lebih baik dari perkiraan pada tahun 2021. IMF mengatakan pada awal pekan bahwa belanja publik yang belum pernah terjadi sebelumnya yang digunakan untuk memerangi COVID-19 dapat meningkatkan pertumbuhan global menjadi 6%, angka yang belum tercapai sejak tahun 1970-an. Prospek ekonomi yang lebih cerah akan meningkatkan permintaan untuk emas hitam tersebut, yang pada gilirannya menjaga stok tetap terkendali.