JAVAFX – Harga minyak masih ke Utara melanjutkan sisi positifnya pada perdagangan pekan dan kemungkinan besar akan dilanjutkan pada hari ini dengan dukungan ditutupnya beberapa kilang minyak di AS minggu lalu.
Kenaikan kali ini merupakan kenaikan harga minyak terpanjang sejak 7 tahun lalu sehingga msmberikan peluang bagi spekulan minyak untuk melakukan beli disaat kontrak perdagangan baru berjalan.
Untuk pertama kalinya sejak 23 minggu lalu Baker Hughes selalu menyatakan jumlah kilang minyak AS ada yang diaktifkan kembali, akhir pekan lalu Baker Hughes menyatakan 2 kilang minyak dinyatakan di non-aktifkan lagi.
Rabu malam minggu lalu, dinyatakan dalam laporan mingguannya, Energy Information Administration memaparkan data bahwa stok minyak pemerintah AS naik 118 ribu barel, diatas perkiraan pasar yang minus 2,1 juta barel, serta menyatakan bahwa produksi minyak AS mengalami penurunan sebesar 100 ribu barel perhari menjadi 9,25 juta barel perhari.
EIA juga menyatakan bahwa persediaan bahan bakar minyak atau bensin mengalami penurunan sebesar 894 ribu barel, diatas perkiraan pasar yang turun 583 ribu barel. Sedangkan minyak suling atau minyak distilasi mengalami penurunan juga menjadi 223 ribu barel, jauh dibawah perkiraan pasar yang naik 453 ribu barel.
Artinya bahwa penurunan produksi minyak AS ini terjadi akibat ditutupnya sementara beberapa kilang minyak di Teluk Mexico, sehingga diperkirakan sekitar 17,2% produk minyak AS akan hilang ketika penutupan tersebut. Penutupan ini terjadi setelah topan Cindy kala itu melanda di kawasan AS bagian Tenggara dan Timur.
Selain itu terjadi beberapa perbaikan kilang minyak AS di Alaska. Inilah yang mendorong investor masih terus membeli kembali pada minyak sejak 7 hari terakhir perdagangannya pasca harga WTI menyentuh level $42 perbarel dan Brent di level $44 per barel di minggu sebelumnya, sesaat setelah kilang minyak Sharara di Libya milik BP Shell diaktifkan kembali.
Mengecilnya produksi minyak AS membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Agustus di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk perdagangan kemarin ditutup menguat $1,01 atau 2,19% di level $47,05 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak September di pasar ICE Futures London ditutup menguat $0,79 atau 1,62% di harga $49,56 per barel.
Kamis lalu Societe Generale telah menurunkan target harga kuartal ketiga dari minyak dunia menjadi $47,5 perbarel dari sebelumnya $55 perbarel, dan akhir pekan lalu Bank of America Merrill Lynch juga menurunkan target harga minyak, untuk Brent dari $54 perbarel menjadi $50 perbarel, sedangkan minyak WTI turun dari $52 perbarel menjadi $47 perbarel. Dengan begitu maka investor harus hati-hati dengan harga minyak dikemduian hari yang kemungkinan besar dalam tren menurunnya.
Sepanjang perdagangan tahun ini, harga minyak dunia sudah mengalami penurunan kurang lebih 14%, sedikit lebih rendah dari awal kuartal 1998 yang turun 19%, dikarenakan masih adanya persaingan diantara produksi minyak AS dengan pemangkasan produksi minyak OPEC, yang menurut kami kondisi ini bisa berlanjut hingga OPEC dan 10 negara produsen minyak non-OPEC untuk mengevaluasi kembali komitmen pemangkasan produksi minyak pada pertemuan di 30 November nanti.
Sumber berita: Bloomberg, Investing, MarketWatch, Reuters
Sumber gambar: The Duran