JAVAFX – Berita komoditas di hari Selasa(5/12/2017), harga minyak masih ke arah Selatan alias masih mendapatkan tekanan jual pada perdagangan sore hari ini sebagai bentuk aksi jual lanjutannya, meski OPEC telah menyatakan produksi minyak di November sudah turun dibawah batas komitmen sebanyak 32,5 juta bph.
Alhasil membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Januari di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara melemah $0,20 atau 0,35% di level $57,27 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak Januari di pasar ICE Futures London sementara sedang melemah $0,08 atau 0,13% di harga $63,37 per barel.
OPEC semalam melaporkan untuk perkembangan produksi minyaknya di November lalu telah berhasil menurunkan produksi bulanannya menjadi 32,35 juta bph atau turun 300 ribu bph di bulan lalu. Pencapaian ini melebihi ekspetasi pemangkasan komitmennya sebesar 112% atau naik dari bulan sebelumnya yang hanya 92% dari total 32,50 juta bph.
Meski juga OPEC bersama Rusia pekan lalu setuju untuk memperpanjang komitmen pemangkasan produksi minyak mentahnya hingga akhir 2018 namun sisi kuatir investor atas pengaktifan lagi kilang minyak AS masih cukup menganggu sisi beli minyak karena produksi minyak AS nampaknya masih akan terus membesar.
Dan harga minyak kali ini berada di sisi yang negatif setelah pasar melihat laporan Baker Hughes di akhir pekan lalu bahwa sebanyak 2 rig kembali aktif dan menjadi total sekarang menjadi 749 sehingga hal ini makin menyakinkan bahwa produksi minyak AS akan makin meninggi.
Seperti dilaporkan EIA pekan lalu bahwa produksi minyak mentah AS, dipekan lalu mengalami kenaikan 24 ribu bph menjadi 9,68 juta bph, angka produksi tertinggi lagi sejak EIA mencatatnya di 1983 atau lebih tinggi juga dibandingkan produksi AS di tahun 70an. Angka produksi tersebut sedikit dibawah angka produksi Rusia dan Arab Saudi dan sejak pertengahan tahun 2016 lalu, produksi minyak AS sudah naik sebesar 8,5 juta bph.
Selain itu, pelemahan harga minyak juga dipicu oleh penguatan mata uang AS yang banyak digunakan dalam jual beli minyak dunia sehingga bila dolar AS menguat tajam maka harga minyak terkesan akan mahal dan membuat keengganan pasar untuk mengoleksi minyak. Sebetulnya harga minyak masih dilevel tertinggi 2 tahunnya dimana pasar masih melihat pengaruh dari rapat evaluasi tentang pemangkasan produksi minyak 1,8 juta bph di pekan kemarin dimana telah diputuskan waktu pemangkasan produksi minyak 1,8 juta bph, yang sebelumnya dijadwalkan akan berakhir di Maret 2018 menjadi sepanjang tahun 2018 nanti.
Faktor keikutsertaan Rusia tersebut sangat melegakan pasar karena sebelumnya Rusia kuatir bila perpanjangan waktu hingga akhir tahun, maka produksi minyak AS akan terus dipacu dan ini mengakibatkan pasokan minyak dunia juga akan tetap tinggi. Rusia juga gembira dengan langkah dari OPEC tersebut dengan memasukkan Nigeria dan Libya untuk diikutsertakan juga dalam komitmen pembatasan tersebut mulai awal Januari.
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: Reuters