Harga Minyak Masih Dalam Tekanan Jual di Awal Pekan

0
101

JAVAFX – Berita komoditas di hari Senin(2/10/2017), harga minyak masih dalam tekanan jual di awal pekan perdagangan sore ini dimana perdagangan awal pekan ini merupakan perdagangan awal kuartal keempat dan investor masih percaya bahwa harga minyak masih akan membaik seiring dengan akam meningkatnya permintaan minyak dunia di tahun ini.

Faktor negatif tersebut mengikuti pergerakan minyak Brent yang terus melemah sejak akhir pekan kemarin karena peningkatan harga yang signifikan sejak pekan lalu, dimana sejak Juni minyak dunia rata-rata sudah naik sekitar 20% sehingga praktis adanya aksi ambil untung sesaat tidak bisa dihindari jelang berakhirnya kontrak minyak akhir bulan ini karena semenjak 2 minggu ini, minyak WTI sudah naik 7% dan Brent sekitar 9%.

Kenaikan minyak khususnya minyak Brent memang cukup istimewa di mata penggiat pergerakan harga minyak. Kenaikan kuartal ketiga sebesar hampir 20% tersebut kerupakan peningkatan terbaik di kuartal tiga sejak 2004 lalu atau 13 tahun lalu. Secara mingguan, kedua jenis minyak tersebut sudah 5 kali berturut-turut mengalami kenaikan harga, dan Brent mencetak rekor kenaikan mingguan berturut-turut terpanjang sejak Juni 2016.

Pelemahan harga minyak juga disebabkan laporan Baker Hughes minggu lalu tentang perkembangan aktivitas dari kilang minyak AS. Minggu lalu sebanyak 6 kilang diaktifkan kembali sehingga total menjadi 750 rig dan ini merupakan pertanda bahwasanya produksi minyak AS atau shale oilnya akan kembali naik.

Alhasil membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Oktober di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara melemah $0,27 atau 0,52% di level $51,40 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak November di pasar ICE Futures London sementara sedang melemah $0,20 atau 0,35% di harga $56,50 per barel.

Dilaporkan bahwa produksi minyak OPEC pada September lalu mengalami peningkatan sebesar 50 ribu barel perhari dibandingkan sebulan sebelumnya sehingga membuat investor minyak mempertanyakan kembali keefektifan dari komitmen pemangkasan produksi minyak OPEC dan 11 produsen minyak non-OPEC sebesar 1,8 juta barel perhari.

Kenaikan ini disebabkan oleh meningkatnya produksi minyak Irak, Libya dan Nigeria, dimana Irak sedang tersandung pergerakan referendum Kurdi yang menyebabkan negara Timur Tengah tersebut bisa kehilangan lebih dari setengah produksi nasionalnya jikalau Kurdi merdeka. Selain itu investor juga mempertanyakan kembali jadwal pemangkasan produksi minyak 1,8 juta barel perhari yang berakhir Maret tahun depan, apakah masih dilanjutkan atau tidak.

Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch
Sumber gambar: CNBC