Harga Minyak Masih Dalam Ruang Aksi Ambil Untungnya Kembali

0
439

JAVAFX – Berita komoditas di hari Senin(11/12/2017), harga minyak masih dalam ruang aksi ambil untungnya kembali pada perdagangan sore hari ini dimana harga minyak WTI dan Brent bergerak serasi ke sisi pelemahannya dengan kekuatiran produksi minyak mentah AS akan melimpah.

Alhasil membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Januari di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara melemah $0,17 atau 0,30% di level $57,19 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak Januari di pasar ICE Futures London sementara sedang melemah $0,12 atau 0,19% di harga $63,28 per barel.

Ada laporan Baker Hughes akhir pekan lalu bahwa kilang minyak yang diaktifkan naik 2 rig menjadi 751 rig yang aktif tertinggi sejak September lalu sehingga ada peluang produksi minyak mentah pekan ini juga akan naik. Ini yang membuat pasar kuatir dan membuat sisi beli cukup terbatas dan muncul aksi ambil untung sejenak.

Pekan lalu EIA menyatakan bahwa produksi minyak mentah AS mengalami kenaikan lagi sebesar 25 ribu bph menjadi 9,7 juta bph, angka produksi tertinggi lagi sejak EIA mencatatnya di 1983. Kapasitas terpasang kilang penyulingan AS mengalami kenaikan dari 92,6% menjadi 93,8%, menandakan kegiatan penyulingan minyak AS terus alami peningkatan.

Sedang Menteri Minyak Kuwait Essam al-Marzoug menyatakan kemungkinan kesepakatan pembatasan pasokan minyak 1,8 juta bph yang akan dievaluasi akhir Juni bisa berakhir saat itu karena dirinya melihat titik keseimbangan antara pasokan dan permintaan akan tercapai sebelum waktu itu.

Selain itu tingginya harga minyak juga masih ditopang oleh impor minyak China yang mengalami kenaikannya di bulan lalu dimana menurut laporan dari Beijing bahwa impor minyak bulan November menjadi 37,04 juta ton atau 9,01 juta bph menunjukkan rekor tertinggi kedua tahun ini. Impor minyak China akan terus meningkat dalam beberapa tahun kedepan dan ini membuat China akan bergantung kepada impornya.

Riset BMI memperkirakan bahwa ketergantungan impor minyak China telah alami peningkatannya dari angka 68% di tahun ini, dan akan terus berkembang hingga mendekati angka 80% ketergantungan China kepada impor pada tahun 2021 nanti. Sedangkan Jefferies sebuah bank investasi dari AS memperkirakan bahwa 2018 nanti pertumbuhan permintaan minyak dunia akan sebesar 1,5 juta bph dimana sekitar 10% -nya akan didapat dari permintaan China.

Pekan lalu OPEC juga melaporkan telah berhasil menurunkan produksi bulanannya menjadi 32,35 juta bph atau turun 300 ribu bph di November. Tingkat kepatuhan produksi minyak OPEC ini melebihi ekspektasi pemangkasan komitmennya sebesar 112% atau naik dari bulan sebelumnya yang hanya 92% dari total 32,50 juta bph. Hal ini bisa diartikan bahwa komitmen OPEC akan dijaga penuh agar harga minyak dunia tidak turun drastis.

Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: Reuters