JAVAFX – Berita minyak di hari Jumat(9/2/2018), harga minyak makin terpojok pada perdagangan siang hingga sore hari ini dimana unsur aksi jual lanjutan masih terus muncul di benak investor minyak setelah data EIA menyatakan bahwa produksi minyak AS sudah melewati produksi minyak Arab Saudi serta Iran yang juga akan menaikkan produksi minyaknya dalam waktu 4 tahun ke depan.
Alhasil membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Maret di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara melemah $0,61 atau 1,00% di level $60,54 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak April di pasar ICE Futures London sementara sedang melemah $0,47 atau 0,73% di harga $64,34 per barel.
EIA pekan ini yang menyatakan bahwa produksi minyak mentah AS mengalami kenaikan sebesar 332 ribu bph menjadi 10,251 juta bph, melewati rekor tertinggi produksi minyak serpih dalam sejarah AS pada tahun 1970 sebesar 10,04 juta bph.
Sebelumnya EIA menyatakan bahwa persediaan minyak mentah AS mengalami kenaikan sebesar 1,895 juta barel, sedangkan persediaan minyak bensin juga naik sebesar 3,414 juta barel. Untuk persediaan minyak pemanas dan minyak solar juga naik sebesar 3,926 juta barel.
Naiknya produksi minyak AS tersebut terjadi setelah disparitas harga antara minyak Brent dan minyak WTI di bulan lalu sempat melebar di atas $6 per barel disertai pula oleh kenaikan harga minyak itu sendiri. Namun selain itu, penurunan harga minyak ini juga disebabkan akan mulai rendahnya permintaan minyak pemanas di kala belahan bumi Utara sudah memasuki musim panasnya yang biasanya disertai pula mulai turunnya permintaan tersebut.
EIA juga membuat proyeksi pertumbuhan produksi minyak AS di tahun 2018 akan menjadi 10,6 juta bph dan 2019 akan menjadi 11,2 juta bph, naik dari rata-rata produksi 2017 yang mencapai 9,3 juta bph. Produksi minyak AS akan melewati dominasi Arab Saudi dan Rusia.
Tekanan harga minyak juga datang dari Iran setelah semalam menyatakan bahwa produksi minyak Iran akan meningkat dalam 4 tahun ke depan. Iran sebagai negara produsen minyak anggota OPEC memang sedikit diberi kelonggaran untuk tidak ikut dalam komitmen pembatasan pasokan minyak 1,8 juta bph karena negara tersebut baru lepas dari embargo AS. Diperkirakan dalam waktu 4 tahun ke depan, produksi minyak Iran akan tumbuh sekitar 700 ribu bph.
Beberapa pengamat menyatakan bahwa kondisi pasar ekuitas global masih dirundung tekanan maka harga minyak juga akan mengalami kondisi yang sama karena tekanan penguatan dolar AS tidak bisa dihindari oleh harga minyak yang sedikit banyak sensitif terhadap pergerakan mata uang AS tersebut.
Sejak menggapai level tertinggi dan minyak sekarang merosot hampir 10%, sehingga diperkirakan koreksi minyak WTI bisa di bawah harga $60 per barel lagi meskipun bursa Shanghai akan membuka kontrak berjangka minyak.
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: CNBC