Harga minyak melanjutkan penurunan di perdagangan Asia pada Jumat pagi, setelah mencapai level terendah sejak sebelum invasi Rusia ke Ukraina pada sesi sebelumnya, karena pasar resah atas dampak inflasi terhadap pertumbuhan dan permintaan ekonomi global.
Harga minyak mentah berjangka Brent turun 10 sen atau 0,1 persen, menjadi diperdagangkan doi 94,02 dolar AS per barel pada pukul 00.47 GMT, Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS melemah 6 sen, menjadi diperdagangkan di 88,48 dolar AS per barel.
“Minyak mentah turun lebih jauh di tengah kekhawatiran permintaan pada prospek ekonomi yang suram,” kata Analis CMC Markets Tina Teng.
“Jika komoditas tidak dihargai dalam resesi ekonomi yang akan segera terjadi, mereka mungkin bersiap untuk era stagflasi ketika tingkat pengangguran mulai meningkat dan inflasi tetap tinggi.” Kekhawatiran resesi telah meningkat menyusul peringatan bank sentral Inggris tentang penurunan berlarut-larut setelah menaikkan suku bunga paling banyak sejak 1995.
Investor fokus pada laporan ketenagakerjaan AS yang akan dirilis di kemudian hari, yang diperkirakan menunjukkan data penggajian non-pertanian (nonfarm payrolls/NFP) meningkat 250.000 pekerjaan bulan lalu, setelah naik 372.000 pekerjaan pada Juni.
Tanda-tanda kekuatan apa pun di pasar tenaga kerja dapat memicu kekhawatiran akan langkah agresif Federal Reserve untuk mengekang inflasi.
“Ada tanda-tanda bahwa harga tinggi telah mengurangi permintaan bensin dan sulingan,” kata analis ANZ dalam sebuah catatan.
Permintaan bensin AS turun sekitar 7,0 persen tahun ke tahun pada Juli, sementara strategi nol-COVID China mendorong pemulihan di ekonomi nomor 2 dunia lebih jauh, tambah mereka.
Namun pasar minyak mentah global tetap secara kuat dalam backwardation, dimana harga-harga cepat lebih tinggi daripada bulan-bulan mendatang, menunjukkan pasokan yang terbatas.
Kekhawatiran pasokan diperkirakan akan meningkat mendekati musim dingin dengan sanksi Uni Eropa yang melarang impor minyak mentah dan produk minyak Rusia melalui laut akan mulai berlaku pada 5 Desember.
Pemimpin OPEC Arab Saudi dan Uni Emirat Arab siap untuk memberikan “peningkatan signifikan” dalam produksi jika dunia menghadapi krisis pasokan yang parah musim dingin ini, sumber yang akrab dengan pemikiran eksportir Teluk mengatakan.
Untuk September, OPEC+ akan menaikkan target produksi minyaknya sebesar 100.000 barel per hari.
Kenaikan itu adalah salah satu yang terkecil sejak kuota OPEC diperkenalkan pada 1982, menurut data OPEC.