JAVAFX – Berita minyak di hari Kamis(8/3/2018) harga minyak ingin menguat kembali pada perdagangan minyak jelang sore hari ini meski terbatas dengan bantuan melemahnya dolar AS jelang Presiden Trump akan menetapkan tarif baru terhadap impor baja dan alumunium sebagai peraturan yang sah.
Alhasil membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak April di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara menguat $0,10 atau 0,16% di level $61,25 per barel. Sedangkan minyak Brent kontrak Mei di pasar ICE Futures London sementara menguat $0,10 atau 0,16% di harga $64,44 per barel.
Gary Cohn merasa tidak didengar lagi sarannya oleh Presiden Trump untuk menunda usulan kebijakan tarif impor baja dan alumunium sehingga mengundurkan diri sebagai penasehat ekonomi Gedung Putih. Kondisi mengakibatkan pasar makin membuat pusing melihatnya bahwa keputusan Trump ini memang akan menimbulkan perang dagang di seluruh dunia. Beberapa negara seperti di Eropa dan China juga sedang mempersiapkan diri untuk memberikan balasan kepada AS sehingga membuat impor minyak AS bisa mengalami penurunan permintaan.
Penguatan minyak juga didukung oleh dolar AS yang sedikit mengalami tekanan dari mata uang utama dunia sehingga harga minyak sendiri bisa membaik. Seperti kita ketahui bahwa korelasi antara dolar AS dan harga minyak sangat dekat karena usaha beli minyak biasanya menggunakan mata uang AS tersebut. Semakin dolar AS melemah maka usaha beli minyak akan terlihat semakin murah dan kuantitas belinya tentunya akan bertambah.
Harga minyak sebetulnya sudah mulai terbatas kenaikannya sejak pekan lalu yang mana International Energy Agency melalui presidennya, Fatih Birol menyatakan bahwa produksi minyak AS pada 2019 akan menjadi yang terbesar melewati produksi minyak Rusia. Itu berarti produksi minyak AS pada 2019 akan lebih dari 11 juta bph, dan diperkirakan bahwa produksi minyak AS di 5 tahun mendatang bisa menutupi kekurangan pasokan minyak dunia. IEA memperkirakan bahwa kenaikan produksi minyak AS bisa menjadi 12,3 juta bph dan tentu ini adalah negara yang mempunyai produksi minyak terbesar di dunia dan akan menjadi negara swasembada energi.
Investor masih khawatir dengan rilisnya data-data persediaan minyak AS di mana EIA semalam menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS di pekan lalu mengalami kenaikan sebesar 2,408 juta barel. Persediaan bensin turun sebesar 788 ribu barel. Sedangkan persediaan minyak pemanas dan solar turun sebesar 559 ribu barel.
EIA juga menyatakan bahwa telah terjadi revisi atas produksi minyak AS yang diperkirakan mengalami kenaikan produksi sebesar 120 ribu bph menjadi 11,17 juta bph pada kuartal keempat 2018. Ini berarti akan membawa AS melewati produksi minyak Rusia dan akan menjadi produsen utama minyak dunia. Seperti kita ketahui bahwa tahun lalu AS sudah melewati produksi minyak Arab Saudi.
Tahun 2019 menurut perkiraan EIA bahwa akan terjadi kenaikan produksi minyak AS sebesar 570 ribu bph menjadi 11,27 juta bph atau naik dari sebelumnya 11,04 juta bph. Produksi minyak AS pekan lalu naik 86 ribu bph menjadi 10,369 juta bph.
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: CNBC