Harga Minyak Ingin Ditutup Menguat di Pekan Ini
JAVAFX – Harga minyak ingin ditutup menguat di pekan ini pada perdagangan minyak jelang sore hari ini meski terbatas dengan bantuan melemahnya dolar AS jelang Presiden Trump akan bertemu dengan Presiden Kim Jong-un.
Alhasil hal ini membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak April di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara menguat $0,14 atau 0,23% di level $60,26 per barel. Sedangkan minyak Brent kontrak Mei di pasar ICE Futures London sementara menguat $0,22 atau 0,35% di harga $63,83 per barel.
Menteri Pertahanan Korea Selatan telah menyatakan secara resmi kepada Gedung Putih bahwa Presiden Korea Utara ingin segera bertemu dengan Presiden Donald Trump untuk membahas denuklirisasi dan penghapusan embargo bagi Korea Utara. Dijadwalkan perudningan antara kedua pihak yang telah berseteru ini akan terjadi di bulan Mei nanti, dan sejauh ini Presiden Trump telah setuju untuk bertemu dengan Presiden Kim.
Situasi geopolitik Korea yang agak mendingin tentunya juga akan menguntungkan bagi minyak karena salah satu kausul embargo ke Korea Utara tersebut adalah pengiriman minyak dari Rusia yang tentunya jika dicabut embargonya maka ekspor minyak ke Korea akan dibuka kembali.
Sejak tahun lalu sisi geopolitik Korea ini terus membayangi untuk harga minyak tidak menguat padahal OPEC sudah membatasi pasokan minyak dunia, karena investor minyak sangat khawatir bahwa masalah geopolitik Korea ini bisa menghambat kelancaran pasokan minyak khususnya ke Korea Selatan, China dan Jepang serta Rusia.
Situasi kebijakan fiskal Trump yang ditakutkan bisa menimbulkan perang dagang dunia dan membuat harga minyak melemah, kali ini sedikit tereliminasi setelah semalam sudah disahkan oleh Trump dan sedikit memberikan kelonggaran kepada Kanada dan Meksiko untuk dibebaskan tidak ikut dikenakan oleh tarif baru tersebut, sehingga investor merasa yakin bahwa kebijakan tarif impor tersebut masih bisa dibicarakan dan bisa terhindar perang dagang dunia.
Penguatan minyak juga didukung oleh dolar AS yang sedikit mengalami tekanan dari mata uang utama dunia khususnya mata uang Australia dan Inggris, sehingga harga minyak sendiri bisa membaik. Seperti kita ketahui bahwa korelasi antara dolar AS dan harga minyak sangat dekat karena usaha beli minyak biasanya menggunakan mata uang AS tersebut. Semakin dolar AS melemah maka usaha beli minyak akan terlihat semakin murah dan kuantitas belinya tentunya akan bertambah.
Investor sebetulnya masih khawatir dengan rilisnya data-data persediaan minyak AS di mana EIA semalam menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS di pekan lalu mengalami kenaikan sebesar 2,408 juta barel. EIA juga menyatakan bahwa telah terjadi revisi atas produksi minyak AS yang diperkirakan mengalami kenaikan produksi sebesar 120 ribu bph menjadi 11,17 juta bph pada kuartal keempat 2018. Ini berarti akan membawa AS melewati produksi minyak Rusia dan akan menjadi produsen utama minyak dunia. Seperti kita ketahui bahwa tahun lalu AS sudah melewati produksi minyak Arab Saudi.
Tahun 2019 menurut perkiraan EIA bahwa akan terjadi kenaikan produksi minyak AS sebesar 570 ribu bph menjadi 11,27 juta bph atau naik dari sebelumnya 11,04 juta bph. Produksi minyak AS pekan lalu naik 86 ribu bph menjadi 10,369 juta bph.
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: CNBC