Harga Minyak Hindari Area Negatif

0
116

JAVAFX – Harga minyak hindari area negatif atau berusaha menguat di perdagangan sore ini seakan investor terinspirasi untuk kembali melakukan beli setelah terkoreksi semalam.


Memang semalam harga minyak mengalami tekanan harga di atas 1% bahkan minyak Brent terkoreksi 2% yang menandakan bahwa investor masih kuatir dengan perpaduan antara produksk minyak AS dan OPEC yang akan meninggi dengan akan menurunnya impor minyak China serta kondisi menguatnya dolar AS.

Pada perdagangan bursa komoditi dari pagi hingga sore hari ini, minyak masih bergerak sedang-sedang saja namun terkesan bergerak dengan sisi belinya yang tipis sebagai bentuk aksi ambil untung sejenak pasca perdagangan akhir pekan lalu yang berhasil ditutup menguat didorong oleh akan besarnya permintaan minyak global.

Faktor beli kembali setelah koreksi paniang semalam, membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak September di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara bergerak menguat tipis $0,06 atau 0,13% di level $47,65 per barel.

Sedangkan minyak jenis Brent kontrak September di pasar ICE Futures London untuk sementara menguat tipis $0,05 atau 0,12% di harga $50,79 per barel.

Minyak yang ingin menguat seakan gagal setelah proses refinasi atau penyulingan atau pengolahan minyak mentah China naik 0,4% di Juli lalu atau setara dengan menyuling 45,5 juta ton atau sekitar 10,71 juta barel perhari, demikian ungkap National Bureau of Statistic tadi pagi.

Angka yang diungkap NBS merupakan jumlah harian terendah sejak September 2016, demikian ungkap Reuters.

Data tersebut menandakan bahwa permintaan minyak dari China akan menurun seiring pertumbuhan ekonomi China yang menurun dan membuat daya beli juga menurun.

Lain China lain data IEA, dimana kemarin International Energy Agency menyatakan bahwa permintaan minyak global di akhir tahun ini diperkirakan mencapai 1,5 juta barel perhari, atau naik dari perkiraan 3 bulan lalu sebesar 1,4 juta barel perhari menjadi total 97,6 juta barel perhari.

Investor minyak serasa terjebak dengan suasana harga harga minyak selalu berkisar antara $45 hingga $52 per barel.

Tampaknya bahwa minyak WTI punya sisi resistansi yang kuat di level $50 perbarel, karena mereka sangat kuatir terhadap masa depan dari komitmen pemangkasan produksi minyak OPEC dimana kepatuhan komitmen mereka kembali merendah, sepertinya investor minyak bersikap skeptis terhadap hasil rapat OPEC pekan lalu yang hanya ada sebuah retorika belaka.

International Energy Agency yang berbasis di Paris, menyatakan akhir pekan lalu bahwa bahwa produksi minyak dari OPEC pada Juli lalu mengalami kenaikan sebesar 230 ribu barel perhari menjadi 32,84 juta barel perhari.

IEA juga menyoroti masih lemahnya kepatuhan anggota OPEC dalam menjalankan komitmen pemangkasan produksi minyak untuk OPEC 1,2 juta barel perhari dan non-OPEC 600 ribu barel perhari.

Hingga akhir Juli lalu, tingkat kepatuhan anggota OPEC telah menurun, dari 77% di Juni menjadi 75% di Juli lalu, dan non-OPEC hanya 67% atau kelebihan 470 ribu barel perhari, sehingga ini menandakan komitmen tersebut makin memberikan nilai suplai yang masih besar.

Sedangkan EIA semalam menyatakan bahwa produksi minyak bulan September akan naik 117 ribu barel perhari menjadi 6,149 juta barel perhari, menandakan bahwa produksi minyak AS naik tiap bulan sejak awal tahun ini, sehingga diperkirakan bahwa stok minyak pemerintah AS akan naik di minggu ini.

Namun investor melihat pergerakan dolar AS yang menguat pasca mulai redanya situasi di Korea, membuat harga minyak terlihat lebih mahal dibandingkan sebelumnya sehingga investor sedikit menahan sisi belinya.

Sumber berita: Bloomberg, Investing, MarketWatch, Reuters
Sumber gambar: JSTOR Daily