JAVAFX – Berita komoditas di hari Rabu(23/8/2017), harga minyak diselimuti sisi jual kembali pada perdagangan sore ini, sebagai bentuk aksi ambil untung sejenaknya menantikan data persediaan pemerintah AS berdasar EIA dan pasca diaktifkannya kembali kilang minyak Sharara Libya.
Kilang Sharara Libya yang memproduksi minyak rata-rata 280 ribu barel perhari sudah buka kembali setelah sejak akhir pekan lalu mengalami masalah keamanan di kawasan pabrik pengolahan minyak terbesar milik pemerintah Libya. Kondisi ini membuat investor ragu akan komitmen pemangkasan produksi minyak OPEC dan 1p negara lainnya sebesar 1,8 kuta barel perhari.
Sesungguhnya investor belum begitu yakin dengan komitmen OPEC tersebut, karena pekan lalu dalam laporan yang dirilis oleh International Energy Agency bahwa kepatuhan anggota OPEC dalam menjalankan komitmen pemangkasan produksi minyak untuk OPEC 1,2 juta barel perhari dan non-OPEC 600 ribu barel perhari masih rendah.
Hingga akhir Juli lalu, tingkat kepatuhan anggota OPEC telah menurun, dari 77% di Juni menjadi 75% di Juli lalu, dan non-OPEC hanya 67% atau kelebihan 470 ribu barel perhari, sehingga ini menandakan komitmen tersebut makin memberikan nilai suplai yang masih besar.
Apalagi kilang Sharara Libya yang memproduksi minyak rata-rata 280 ribu barel perhari sudah buka kembali, sehingga harapan kenaikan harga minyak sekarang ini tinggal bertumpu kepada produksi minyak AS yang sepertinya akan menurun.
Faktor aktifnya kembali kilang Sharara, membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Oktober di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara bergerak melemah $0,13 atau 0,27% di level $47,70 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak Oktober di pasar ICE Futures London untuk sementara melemah $0,15 atau 0,29% di harga $51,72 per barel.
American Petroleum Institute atau API sendiri tadi pagi sebetulnya melaporkan bahwa stok minyak mentah AS turun lagi sebesar 3,6 juta barel menjadi 465,6 juta barel di minggu lalu. Persediaan bahan bakar mengalami kenaikan sebesar 1,4 juta barel, lebih besar daripada perkiraan pasar yang turun 643 ribu barel.
Sekarang pasar tinggal menunggu data persediaan minyak pemerintah AS menurut EIA yang sepertinya akan mengalami penurunan 9 minggu berturut-turut. Diperkirakan akan turun sebesar 3 juta barel di minggu lalu.
Seperti kita ketahui bahwa minggu lalu Energy Information Administration atau EIA menyatakan dalam laporan mingguannya bahwa persediaan minyak pemerintah AS sudah turun dalam 7 minggu berturut-turut dan terendah sejak September tahun lalu. EIA menyatakan bahwa stok minyak pemerintah minggu lalu turun 8,9 juta barel. Namun produksi minyak AS mengalami peningkatan 79 ribu barel perhari menjadi 9,502 juta barel perhari dan merupakan produksi harian tertinggi sejak pertengahan 2015 lalu.
Padahal musim berkendara di AS sudah akan mulai berakhir dan anak sekolah sudah akan memasuki musim belajar kembali dan biasanya permintaan minyak di AS akan turun, namun produksi minyak AS malah tambah naik, inilah yang membuat investor kuatir terhadap suplai global akan meninggi. Kontradiksi produksi AS yang naik 13% yang diimbangi dengan persediaan minyak AS yang mengalami penurunan sebesar 13%, membuat investor menjadi bingung untuk memastikan tren harga minyak selanjutnya.
Seperti terungkap beberapa pekan ini dimana perdagangan kemarin ditutup dengan sisi pelemahan lagi sehingga harga minyak masih berada di level 3 minggu terendahnya dan minyak WTI punya sisi resistansi yang kuat di level $50 perbarel dan support beli di level $46 perbarel.
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, CNBC, MarketWatch
Sumber gambar: CNBC (.com)