Harga Minyak Dipersimpangan Sidang OPEC dan KTT G20

0
105
An oil rig situated in a calm blue ocean exploring for oil and gas. The oil rig is flaring from the side and this is reflected in the ocean. Fluffy white clouds are scattered in a blue sky.

JAVAFX – Pertemuan Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya akan dilangsungkan pada minggu depan. Harga sejauh ini telah didukung oleh penurunan produksi oleh para produsen utama, serta meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Pun demikian, tekanan harga juga muncul dari perkiraan perlambatan permintaan energi global.

Bagi pasar, pertemuan OPEC ini sangat penting, mengingat proses perpanjangan pemotongan OPEC sangat penting untuk menstabilkan pasar. Para menteri OPEC akan bertemu hari Senin (01/07/2019), dan mengadakan pertemuan dengan sekutu penghasil minyaknya keesokan harinya.

OPEC siap untuk memperpanjang perjanjian pengurangan produksi minyaknya hingga paruh kedua tahun ini, sebagaimana dilaporkan oleh The Wall Street Journal pada hari Jumat (28/06/2019), mengutip pernyataan dari kartel dan pejabat Saudi. Beberapa anggota OPEC diperkirakan akan membantah pembatasan produksi yang lebih besar, tetapi Saudi tidak mungkin mendukung proposal itu, kata laporan itu. Perjanjian tersebut, yang dimulai pada awal tahun dan berakhir pada 30 Juni, telah menyerukan pengurangan output oleh apa yang disebut aliansi “OPEC +”, OPEC dan sekutunya, termasuk Rusia, 1,2 juta barel per hari.

Pertemuan ini memang sedianya akan dilakukan pada 25-26 Juni kemarin, namun kemudian diundurkan sembari menunggu hasil KTT G20 di Osaka, Jepang. Setidaknya, menantikan apa yang akan dihasilkan dari pertemuan Donald Trump dan Xi Jinping. Sebagaimana diketahui bahwa pertemuan ini akan menjadi simpangan jalan yang penting dalam pasar global saat ini. Apa yang menjadi hasil pertemuan ini akan menentukan pergerakan pasar global.

Jika ada kemajuan dalam pembicaraan perdagangan AS-China, maka minyak WTI bisa mendorong lebih dari $ 60, katanya. “Jika tidak ada kemajuan, itu akan tetap di bawah $ 60.” Namun, ada “peluang kecil dari pengurangan produksi tambahan yang akan mendorong harga minyak naik secara signifikan.”

Artinya, jika kesepakatan OPEC tidak diperpanjang, harga minyak akan turun, dimana penghentian produksi tidak akan terjadi. Namun, jika dengan “beberapa mukjizat” AS dan Cina menyetujui perjanjian perdagangan sebelum OPEC bertemu, “itu akan mengurangi kemungkinan penurunan produksi dari OPEC.” Namun, di bawah skenario itu, harga mungkin masih naik dengan lebih kuat karena mempertimbangkan faktr permintaan.

Bagaimana tidak, harga minyak saat ini adalah hasil dari tarik tambang yang mengadu kekhawatiran permintaan global dengan perang perdagangan AS dan China serta meningkatnya persediaan minyak AS terhadap meningkatnya risiko geopolitik, khususnya Iran, yang mengancam pasokan minyak global.  Pada titik ini, perpanjangan dari perjanjian pemangkasan produksi hingga akhir 2019 diperlukan untuk menjaga keseimbangan pasar minyak global.

Seperti diketahui, bahwa AS telah mengumumkan sanksi tambahan terhadap Iran. Sanksi baru ini menargetkan pemimpin tertinggi dan pejabat tinggi lainnya.

Iran menanggapi dengan mengatakan langkah-langkah itu akan mengarah pada “penutupan permanen” untuk diplomasi antara negara-negara, sebagaimana dilaporkan oleh Associated Press. Iransebelumnya  telah menembak jatuh sebuah drone AS sebelumnya pada Juni, hampir memicu serangan udara A.S. dan meningkatkan ketegangan, yang sudah tinggi menyusul serangan terhadap dua tanker di dekat Selat Hormuz, yang disalahkan oleh AS terhadap Iran. Situasi mengancam untuk mengekang aliran minyak global.

Secara teknis, kenaikan harga minyak nampak normal setelah penurunan tajam di bulan Mei, terkait dengan perdagangan yang terus memburuk antara AS dan China. Sengketa perdagangan tersebut menimbulkan kekhawatiran tentang potensi melemahnya ekonomi global dan konsumsi energi.

Sebagaimana ditegaskan oleh Badan Energi Internasional (IAE)baru-baru ini yang memangkas perkiraan pertumbuhan 2019 untuk minyak menjadi 1,2 juta barel per hari, dari 1,3 juta sebelumnya. Ada ketakutan akan permintaan global yang lebih lemah untuk mengimbangi ketegangan di Timur Tengah.

Dalam perdagangan di hari Jumat, harga minyak mentah berjangka untuk kontrak bulan depan, diselesaikan pada $ 58,47 per barel. Harga minyak WTI ini telah naik hampir 29% tahun ini, meskipun mereka hampir 12% di bawah harga tertinggi 2019 atau lebih dari $ 66, sebagaimana terlihat pada bulan April.

Sedangkan harga minyak mentah Brent, selaku patokan harga global untuk bulan depan berakhir pada $ 66,55. Sejauh ini harga telah naik sekitar 24% pada tahun 2019, tetapi hampir 11% di bawah harga $ 74-sebagai posisi tertinggi untuk tahun ini. (WK)