Harga minyak di Asia turun tipis, tertekan prospek permintaan melemah

0
70
Night photograph of a huge industrial chemical plant and oil refinery installation in Southern California is adorned with a massive American flag.

Harga minyak berjuang untuk menemukan pijakannya di awal perdagangan Asia pada Kamis pagi, setelah prospek permintaan global yang melemah menekan pasar pada sesi terakhir.

Harga minyak mentah berjangka AS turun tujuh sen menjadi diperdagangkan di 87,20 dolar AS per barel pada pukul 00.12 GMT, sementara harga minyak mentah berjangka Brent turun satu sen menjadi diperdagangkan pada 92,44 dolar AS per barel.

Baik OPEC maupun Departemen Energi AS memangkas prospek permintaan mereka.

OPEC pada Rabu (12/10/2022) memangkas prospek pertumbuhan permintaan tahun ini 460.000 barel per hari menjadi 2,64 juta barel per hari, mengutip kebangkitan langkah-langkah penahanan COVID-19 China dan inflasi yang tinggi.

Departemen Energi AS menurunkan ekspektasi untuk produksi dan permintaan di Amerika Serikat dan secara global.

Sekarang hanya memperkirakan peningkatan 0,9 persen dalam konsumsi AS pada tahun 2023, turun dari perkiraan sebelumnya untuk kenaikan 1,7 persen.

Di seluruh dunia, departemen melihat konsumsi naik hanya 1,5 persen, turun dari perkiraan sebelumnya untuk pertumbuhan 2,0 persen.

Pekan lalu bersama dengan sekutu termasuk Rusia, OPEC+ mengirim harga naik ketika setuju untuk memotong pasokan sebesar 2 juta barel per hari (bph).

Memburuknya permintaan minyak mentah berkontribusi pada peningkatan persediaan.

Stok minyak mentah AS naik sekitar 7,1 juta barel untuk pekan yang berakhir 7 Oktober, menurut sumber pasar yang mengutip data API.

Pasar energi juga berada di bawah tekanan dari dolar, yang telah reli secara luas, termasuk terhadap mata uang berimbal hasil rendah seperti yen.

Komitmen Federal Reserve (Fed) untuk terus menaikkan suku bunga untuk membendung inflasi yang tinggi telah mendorong imbal hasil obligasi, membuat mata uang AS lebih menarik bagi investor asing.