JAVAFX – Harga minyak cenderung melemah pada perdagangan awal pekan ini sambil menantikan hasil dari perundingan JMMC di St Petersburg Rusia malam ini.
Seperti kita ketahui bahwa akhir pekan lalu, harga minyak gagal menembus level psikologis $50 per barel bagi minyak Brent setelah OPEC dinyatakan mengalami kenaikan produksi minyaknya di bulan ini sebesar 145 ribu barel perhari sehingga total produksi menjadi lebih dari 33 juta barel perhari.
Situasi yang menantikan rapat OPEC tersebut membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak September di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara bergerak melemah tipis $0,07 atau 0,15% di level $45,70 per barel.
Sedangkan minyak jenis Brent kontrak September di pasar ICE Futures London untuk sementara melemah tipis $0,08 atau 0,17% di harga $47,98 per barel.
Kamis lalu sebetulnya minyak Brent mampu menembus level $50 perbarel, namun hanya sebentar karena investor masih ragu-ragu akan keberhasilan OPEC dan 11 negara non-OPEC lainnya dalam rapat evaluasi pemangkasan produksi minyak 1,8 juta barel perhari yang akan diselenggarakan hari ini di St Petersburg Rusia.
Seperti kita ketahui bahwa harga minyak dunia secara umum telah menurun dibawah 15% sejak awal tahun ini, dimana ini disebabkan adanya persaingan diantara produksi minyak AS dengan pemangkasan produksi minyak OPEC.
Keefektifan komitmen penurunan produksi OPEC terus dipertanyakan.
Kabarnya Rusia dan OPEC akan mengundang Libya dan Nigeria untuk ikut serta dalam pertemuan bulanan untuk evaluasi komitmen pemangkasan produksi minyak 1,8 juta barel.
Libya sendiri diperkirakan akan meningkatkan produksi minyaknya sekitar 1 hingga 1,2 juta barel perhari di tahun mendatang. Peningkatan produksi ini dilakukan untuk memperbaiki keuangan dalam negeri setelah mengalami gejolak politik di 2011 dan menggulingkan kekuasaan dari Muammar Gaddafi.
Libya diberi batas produksi antara 1,4 juta barel hingga 1,6 juta barel perhari dan stabil dalam jangka waktu 90 hari produksi, maka baru dikenakan pembatasan produksi.
Inilah yang masih terus membayangi sikap investor untuk urung membeli minyak secara besar-besaran karena suplai yang nampak masih melimpah membuat sisi stok atau persediaan minyak global kesulitan untuk dijual.
Nigeria sendiri menurut Menteri Minyak Rusia, Alexander Novak harus ikut serta dalam pembatasan produksi minyak juga karena Nigeria adalah anggota OPEC.
Nigeria sejak November 2016 lalu telah meningkatkan produksi minyaknya antara 700 hingga 800 ribu barel perhari.
Sumber berita menyatakan bahwa Nigeria diberikan kesempatan bisa meningkatkan produksi minyaknya hingga 1,8 juta barel perhari dan stabil dalam 90 hari maka baru dikenakan pembatasan.
Sekjen OPEC Mohammad Barkindo sendiri cukup yakin bahwa komitmen pemangkasan ini bisa berhasil dimana Barkindo memperkirakan di semester kedua tahun ini permintaan minyak dunia akan meningkat sehingga keseimbangan penawaran dengan permintaan akan segera tercapai dan harga akan bergerak naik kembali.
Sumber berita: Bloomberg, Investing, MarketWatch, Reuters
Sumber gambar: The Japan Times