JAVAFX – Harga minyak mentah dalam perdagangan di sesi Asia pada hari Jumat (07/06/2019) naik sekitar 1%, menjauh dari posisi terendah lima bulan yang tercapai dalam pekan ini. Kenaikan harga minyak mentah saat ini didukung oleh laporan bahwa Washington dapat menunda tarif perdagangan dengan Meksiko dan kesepakatan OPEC dengan produsen lain yang kemungkinan akan memperpanjang pengurangan pasokan minyak mentah.
Harga minyak mentah Brent di bursa berjangka naik 50 sen, atau 0,8%, pada $ 62,17 per barel pada 0041, setelah naik lebih awal menjadi $ 62,41. Mereka naik 1,7% pada hari Kamis. Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 50 sen, atau 1%, pada $ 53,09 per barel, setelah diperdagangkan setinggi $ 53,33. Mereka menyelesaikan sesi sebelumnya dengan kenaikan sebesar 1,8%.
Dalam perdagangan komoditi minyak mentah di hari Rabu, baik minyak Brent dan WTI turun ke level terendah mereka sejak pertengahan Januari di $ 59,45 dan $ 50,60, setelah produksi minyak mentah AS mencapai rekor tertinggi baru dan pasokan minyak mentah naik ke level tertinggi sejak Juli 2017. Pada saat itu, kedua kontrak berada di wilayah pasar bearish, setelah kehilangan lebih dari 20% dari puncak yang dicapai pada akhir April.
Namun dalam perdagangan di hari Kamis, harga minyak mulai merengsek naik mengikuti kenaikan harga saham-saham AS yang lebih tinggi setelah Bloomberg News melaporkan Amerika Serikat sedang mempertimbangkan penundaan tarif kepada Meksiko karena pembicaraan tengah berlanjut.
Secara teknis, kenaikan harga minyak mentah saat ini memang wajar. Paska penurunan tajam yang mengirim harga ke posisi jenuh jual, sewajarnya harga akan mengalami penguatan kembali. Para pedagang akan selalu cenderung untuk membukukan keuntungan menjelang akhir pekan.
Pun demikian, sentimen pada harga tetap redup karena tanda-tanda baru muncul dari perlambatan ekonomi global dan kekhawatiran yang sedang berlangsung tentang meningkatnya pasokan minyak mentah A.S. Kenaikan harga minyak mentah telah didukung oleh pembatasan pasokan oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan beberapa sekutu termasuk Rusia. Pasokan juga telah dibatasi oleh sanksi AS terhadap ekspor minyak dari Iran dan Venezuela.
Presiden Vladimir Putin mengatakan pada hari Kamis kemarin bahwa Rusia memiliki perbedaan dengan OPEC atas apa yang merupakan harga yang adil untuk minyak, tetapi Moskow nampaknya masih akan bersama-sama dalam mengambil keputusan tentang produksi pada pertemuan kebijakan dalam beberapa minggu mendatang. (WK)