JAVAFX – Berita komoditas di hari Senin(14/8/2017),
Harga minyak berhasil menguat pada perdagangan akhir pekan lalu meskipun produksi minyak OPEC masih naik dan tingkat kepatuhan dalam pemangkasan produksi minyak 1,8 juta barel perhari yang makin rendah.
Faktor perbandingan data OPEC dan data IEA membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak September di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk perdagangan sebelumnya ditutup menguat $0,23 atau 0,47% di level $48,82 per barel.
Untuk perdagangan mingguan, komoditi minyak jenis WTI mengalami penurunan sebesar 1,5%.
Sedangkan minyak jenis Brent kontrak September di pasar ICE Futures London ditutup menguat $0,20 atau 0,39% di harga $52,10 per barel.
Untuk perdagangan mingguan, komoditi minyak jenis Brent mengalami penurunan sebesar 0,6%.
Seperti terungkap beberapa hari lalu dimana perdagangan akhir pekan lalu ditutup dengan sisi penguatannya mengakhiri sisi jual yang kuat sebelumnya yang dipengaruhi situasi yang panik setelah dari pertengahan Juli hingga minggu kemarin, harga minyak selalu berkisar antara $45 hingga $52 per barel.
Tampaknya bahwa minyak WTI punya sisi resistansi yang kuat di level $50 perbarel.
Investor minyak serasa terjebak dengan suasana harga tersebut karena mereka sangat kuatir terhadap masa depan dari komitmen pemangkasan produksi minyak OPEC dimana kepatuhan komitmen mereka kembali merendah, sepertinya investor minyak bersikap skeptis terhadap hasil rapat OPEC pekan lalu yang hanya ada sebuah retorika belaka.
International Energy Agency yang berbasis di Paris, menyatakan akhir pekan lalu bahwa bahwa produksi minyak dari OPEC pada Juli lalu mengalami kenaikan sebesar 230 ribu barel perhari menjadi 32,84 juta barel perhari.
OPEC sendiri kamis lalu menyatakan bahwa produksi minyaknya naik 0,5% atau 173 ribu barel perhari menjadi 32,87 juta barel perhari.
Kenaikan ini ditunjang dari produksi yang mulai membesar di kilang Libya dan Nigeria. OPEC juga memperkirakan bahwa permintaan minyak di tahun ini meningkat sekitar 100 ribu barel perhari sehingga akhir tahun ini diperkirakan permintaan minyak akan bertambah sekitar 1,37 juta barel perhari.
Namun IEA juga memberikan laporan bahwa permintaan minyak dunia hingga akhir 2017 ini akan mengalami kenaikan 1,5 juta barel perhari menjadi total 97,6 juta barel perhari.
Namun IEA juga menyoroti masih lemahnya kepatuhan anggota OPEC dalam menjalankan komitmen pemangkasan produksi minyak untuk OPEC 1,2 juta barel perhari dan non-OPEC 600 ribu barel perhari.
Hingga akhir Juli lalu, tingkat kepatuhan anggota OPEC telah menurun, dari 77% di Juni menjadi 75% di Juli lalu, dan non-OPEC hanya 67% atau kelebihan 470 ribu barel perhari, sehingga ini menandakan komitmen tersebut makin memberikan nilai suplai yang masih besar.
IEA mencatat meski Arab Saudi akan terus menaikkan pemangkasan produksinya, namun Libya dan Nigeria masih sulit dikendalikan kestabilan produksinya, seperti yang terlihat di akhir pekan lalu kondisi kilan milik Royal Dutch Shell di Nigeria ditutup karena gangguan keamanan.
Sedangkan Baker Hughes sendiri mengaktifkan 3 kilang minyaknya di pekan lalu, namun secara umum dalam 3 minggu terakhir ini, dibukanya kembali kilang tersebut menandakan bahwa eksplorasi minyak AS sedang terbatas karena para produsen minyak di AS sedang membatasi belanja investasinya.
Masalah Semenanjung Korea juga bisa membuat investor untuk sementara menghindar dari perdagangan minyak, karena bila terjadi perang masalah pasokan kemungkinan besar akan terganggu memang bisa mendorong harga minyak naik, namun masalah konsumsi yang akan turun merupakan pemicu utama harga minyak bisa turun.
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, Marketwatch
Sumber gambar: politikus-ru