JAVAFX – Berita komoditas di hari Kamis(9/11/2017), harga minyak bergerak sangat terbatas pada perdagangan sore hari ini sebagai bentuk kekhawtiran semenjak perdagangan semalam yang mengisyaratkan bahwa harga minyak sudah terlalu lama menguat sehingga timbul saat-saat aksi ambil untungnya serta kuatir dengan produksi minyak AS yang berlebihan sehingga dapat mempengaruhi keseimbangan pasokan minyak dunia.
Sebelumnya kondisi geopolitik di Timur Tengah gaungnya sudah mulai berakhir pengaruhnya dengan hasil harga minyak yang terus mengalami tekanan harga, namun minyak Brent tidak terlalu melemah karena faktor pertemuan akhir bulan nanti dimana terdapat agenda di pertemuan evaluasi komitmen pemangkasan produksi minyak 1,8 juta bph di 30 November, dapat dipastikan akan membahas perpanjangan waktu komitmen tersebut hingga akhir 2018, demikian ungkap Sekjen OPEC Mohammad Barkindo.
Selain itu, Barkindo menyatakan bahwa akan mengundang negara-negara lain yang sebelumnya tidak ikut komitmen tersebut untuk diundang ke Wina juga. Gagalnya usaha Arab Saudi untuk membujuk Brasil sebagai produsen minyak terbesar di Amerika Latin untuk ikut serta dalam komitmen tersebut membuat pasar menanggapinya dengan sisi negatif terhadap kenaikan harga minyak lebih lanjut.
Selain itu, dilaporkan juga bahwa impor minyak China mengalami penurunan pada bulan lalu, dari 9 juta bph menjadi 7,3 juta bph bulan lalu, terendah sejak Oktober tahun lalu yang mencapai 7,8 juta bph.
Alhasil membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak November di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara menguat $0,07 atau 0,12% di level $56,88 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak Desember di pasar ICE Futures London sementara sedang menguat $0,12 atau 0,19% di harga $63,61 per barel.
Semalam investor terpana dengan hasil laporan dari EIA yang menyatakan persediaan minyak mentah pemerintah AS di pekan lalu mengalami kenaikan sebesar 2,2 juta barel. Sedangkan minyak bensin persediaannya turun sebesar 3,3 juta barel. Untuk persediaan minyak solar dan minyak bakar mengalami penurunan sebesar 3,4 juta barel.
Meski Baker Hughes pekan lalu mengumumkan bahwa jumlah kilang minyak AS mengalami pengurangan jumlah yang aktif namun menurut EIA bahwa produksi minyak AS masih akan mengalami kenaikan dalam waktu kedepan ini. EIA memperkirakan produksi minyaknya akan naik 720 ribu bph menjadi 9,95 juta bph di 2018, atau meningkat dari produksi 668 ribu bph menjadi 9,92 juta bph di minggu lalu, serta memperkirakan harga WTI rata-rata naik 0,9% menjadi $51,04 perbarel.
Pengaruh disparitas harga WTI dengan Brent yang masih besar merupakan salah satu penyebab naiknya produksi minyak AS. Selain itu menurut laporan World Oil Outlook sendiri hingga tahun 2040, permintaan minyak akan mengalami kenaikan rata-rata tahunan 1,2 juta bph dari 95,4 juta bph menjadi 102,3 juta bph, sehingga hal ini juga memicu produksi shale oil AS.
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: Pakistan Today