Harga Minyak Bergerak Negatif Dipicu Nilai Dolar AS Yang Tinggi

0
108

JAVAFX – Harga minyak bergerak negatif dipicu nilai dolar AS yang tinggi pada perdagangan minyak siang hari jelang sore ini sehingga membuat nilai beli minyak lebih besar dan membuat investor enggan membeli kontrak minyak dalam jumlah banyak.

Kondisi dolar AS yang sejak pekan lalu terus menguat, turut membebani usaha dari pedagang minyak untuk melakukan beli minyak ketika nilai dolar AS sedang menguat sehingga volume yang didapat juga akan lebih sedikit daripada ketika nilai dolar AS sedang melemah.

Selain itu, dalam kunjungannya ke AS, Presiden Perancis Emmanuel Macron berharap kepada Presiden Trump untuk menarik diri dari perjanjian nuklirnya dengan Iran dan segera menjatuhkan sanksi baru ke Iran. Memang batas waktu jadi tidaknya sanksi tersebut di 12 Mei nanti, namun pasar tetap bereaksi negatif meski ada kekhawatiran pasokan minyak dunia akan menurun.

Seperti kita ketahui jika Iran dikenakan sanksi, maka mereka tidak akan melakukan ekspor minyaknya, padahal Iran merupakan produsen ketiga terbesar di OPEC, sehingga dapat dipastikan ketegangan di Timur Tengah akan memuncak lagi.

Situasi ini, telah membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Juni di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara melemah $0,20 atau 0,29% di level $67,99 per barel. Sedangkan minyak Brent kontrak Juni di pasar ICE Futures London untuk sementara melemah $0,24 atau 0,32% di harga $74,50 per barel.

Harga minyak masih bergerak ringan namun cenderung negatif setelah pekan ini, Energy Information Administration menyatakan bahwa persediaan minyak mentah AS mengalami kenaikan sebesar 2,2 juta barel sehingga persediaan rata-rata minyak pemerintah AS sudah diatas angka persediaan 10 tahunnya. EIA juga menyatakan bahwa produksi harian AS mengalami kenaikan 46 ribu bph menjadi 10,59 juta bph, dan segera mengejar produksi minyak Rusia yang sekitar 10,98 juta bph.

Penulis: Adhi Gunadhi
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: CNBC