Harga Minyak Bergerak Cenderung Melemah

0
502

JAVAFX – Berita komoditas di hari Selasa(16/1/2018), harga minyak bergerak cenderung melemah pada perdagangan sore hari ini dimana ada unsur aksi ambil untungnya setelah bergerak menguat di awal pekan kemarin dengan pemicu bahwa beberapa perbankan memprediksi kenaikan harga minyak dan pasokan minyak dunia yang akan mengalami defisit di tahun ini.

Alhasil membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Februari di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara menguat $0,07 atau 0,11% di level $64,37 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak Maret di pasar ICE Futures London sementara sedang melemah $0,42 atau 0,60% di harga $69,84 per barel.

Sebelumnya bahwa kondisi melemahnya mata uang AS telah dimanfaatkan investor minyak untuk melakukan beli di saat harga minyak terlihat lebih murah daripada biasanya dan di saat pasar keuangan AS libur jelang data persediaan minyak AS esok hari.

Namun terjadi pembatasan kenaikan harga minyak karena pada pekan lalu Baker Hughes melaporkan bahwa sebanyak 10 kilang minyak AS kembali di aktifkan sehingga total kilang yang aktif menjadi 752 rig. Angka tersebut merupakan pengaktifan terbesar semenjak Juni 2017. Analis ANZ menyatakan bahwa lonjakan harga minyak membuat produsen minyak serpih AS langsung bereaksi dengan mengaktifkan rignya dan memperbesar produksinya. JBC Energy memperkirakan bahwa produksi minyak AS akan tumbuh sebesar 600 ribu bph pada kuartal pertama tahun ini.

Sebelumnya harga minyak masih bertahan di level 3 tahun tertingginya setelah Energy Information Administration dalam laporan mingguannya menyatakan bahwa produksi minyak AS di pekan sebelumnya mengalami penurunan 290 ribu bph menjadi total produksi 9,49 juta bph. Kapasitas penggunaan penyulingan juga mengalami penurunan 1,4% menjadi total kapasitas terpasang 95,3%.

Dukungan tingginya harga minyak setelah EIA telah menaikkan perkiraan harga minyak WTI untuk tahun ini menjadi $55,33 per barel dan minyak Brent menjadi $59,74. EIA juga melaporkan bahwa produksi minyak OPEC rata-rata turun 200 ribu bph menjadi 32,5 juta bph di tahun lalu. OPEC juga melaporkan kegiatan bulanannya bahwa tingkat kepatuhan pembatasan pasokan minyak 1,8 juta bph naik dari 125% di November menjadi 128% di Desember lalu.

Bank of America Merryl Lynch menaikkan prediksi harga minyak Brent di tahun ini dari $56 per barel menjadi $64 per barel dan untuk harga minyak WTI naik dari $52 per barel menjadi $60 per barel. Serta diperkirakan juga bahwa pasokan minyak dunia akan mengalami defisit sekitar 430 ribu bph atau lebih besar dari perkiraan sebelumnya yang defisit 100 ribu bph.

Sedangkan Morgan Stanley menyatakan bahwa defisit pasokan minyak tahun ini akan mencapai 500 ribu bph atau naik dari perkiraan sebelumnya 200 ribu bph dan rata-rata harga Brent di kuartal ketiga bisa $75 per barel.

Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: Reuters