JAVAFX – Harga minyak dalam perdagangan di bursa berjangka pulih dari penurunan yang terjadi di awal sesi perdagangan di hari Selasa (04/06/2019) berakhir lebih tinggi setelah penurunan beruntun empat sesi yang mengancam untuk mendorong harga minyak mentah AS ke wilayah pasar bearish.
Perdagangan minyak dalam beberapa hari terakhir penuh dengan tekanan dan pedagang melihat peluang ketika harga turun menjadi murah, dikombinasikan dengan perdagangan di bursa saham yang juga pulih hari ini dimana muncul harapan terjadinya penurunan suku bunga oleh The Federal Reserve. Indek saham A.S. diperdagangkan naik secara luas setelah perdagangan minyak di bursa berjangka berakhir.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman bulan Juli naik 23 sen, atau 0,4%, menetap di harga $ 53,48 per barel di New York Mercantile Exchange (NYMEX) – dua sen lebih rendah dari pengembalian semua yang hilang sehari sebelumnya. Harga memang jatuh di hari Senin yang merupakan penurunan keempat berturut-turut dengan menetap di harga $ 53,25, sebagai harga minyak terendah sejak pertengahan Februari.
Dengan harga penutupan di bawah $ 53,04 untuk kontrak bulan depan akan menandai masuknya WTI ke pasar bearish, kondisi dimana harga mengalami penurunan sebesar minimal 20% atau lebih dari level tertinggi baru-baru ini. Tertinggi baru-baru ini adalah $ 66,30 pada 23 April silam. Pada hari Selasa, itu menyentuh level rendah intraday $ 52,43. Isyarat satu kaki telah ada diwilayah Bearish.
Sementara dalam perdagangan minyak dunia, harga minyak mentah jenis Brent untuk kontrak pengiriman bulan Agustus naik 69 sen, atau 1,1%, berakhir pada $ 61,97 per barel di ICE Futures Europe. Harga penutupan sesi sebelumnya di $ 61,28, yang merupakan penyelesaian kontrak bulan depan terendah sejak 28 Januari. Harga Brent diperdagangkan hampir 17% di bawah harga tertinggi, yang terlihat pada bulan April. Hasil akhir di bawah $ 59,656, akan menandai masuknya Brent ke pasar bearish pula.
Ada kemungkinan bahwa aksi jual bisa membuat harga jatuh terlalu jauh. Dimana, penutupan perdagangan saat ini menunjukkan bahwa tren penurunan ini masih kuat. Upaya lepas dari pasar bearish diusahakan oleh WTI untuk pulih kembali ke $ 54,65.
Harga minyak AS telah jatuh selama berminggu-minggu di tengah kekhawatiran yang semakin tinggi terhadap ekonomi global dan ketegangan antara AS dan China mengenai tarif yang berpotensi dapat mengganggu permintaan energi. Jatuhnya harga bersamaan dengan koreksi yang terjadi di pasar saham dan ekonomi.
Hal ini membuat para pedagang menimbang ekspektasi adanya perjanjian baru tentang pengurangan produksi antara Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutu mereka menjelang berakhirnya kesepakatan pada akhir bulan ini. Pertemuan OPEC berikutnya, sedianya dijadwalkan 25-26 Juni, namun dapat ditunda hingga awal Juli atas permintaan Rusia.
Menteri Energi Saudi Khalid al-Falih menyebut volatilitas baru-baru ini “tidak beralasan” dan mengatakan ia mengharapkan OPEC untuk membantu menstabilkan harga meski akhir pakta produksi global berakhir di awal Juli. “Kami sebelumnya telah menyatakan komitmen kami untuk melakukan apa pun untuk menstabilkan pasar dan kami telah memenuhi janji-janji itu. Dan saya membuat komitmen itu lagi, ”katanya.
Sementara itu, data mingguan tentang pasokan minyak bumi AS akan dirilis Selasa malam oleh American Petroleum Institute (API) dan Rabu pagi oleh Lembaga Informasi Energi (EIA). EIA diperkirakan melaporkan penurunan pasokan minyak mentah 1,7 juta barel untuk pekan yang berakhir 31 Mei, menurut sebuah jajak pendapat para analis dari S&P Global Platts. Survei tersebut juga menunjukkan ekspektasi untuk peningkatan 208.000 barel untuk bensin tetapi sulingan, yang termasuk minyak pemanas, terlihat turun sebesar 1,08 juta barel. (WK)