JAVAFX – Harga minyak berjangka naik pada Jumat (02/08/2019), menandai bangkitnya kembali sebagian dari kejatuhan harga patokan minyak AS. Harga bahkan menderita penurunan satu hari terbesar dalam lebih dari empat tahun setelah Presiden Donald Trump bergerak untuk mengenakan tarif impor tambahan pada barang-barang Cina.
Pengumuman Trump, melalui serangkaian kicauan pada Kamis sore, meningkatkan ketegangan seputar perang dagang dan memicu kekhawatiran tentang permintaan energi global. Ia mengumumkan bahwa AS akan mengenakan tarif 10% pada $ 300 miliar tambahan barang dan produk Tiongkok. Langkah itu, mengintensifkan pertarungan perdagangan AS-Tiongkok yang telah berjalan lama, terjadi setelah Washington dan Beijing sebelumnya menggambarkan pembicaraan baru-baru ini sebagai konstruktif.
Tidak seperti dalam putaran tarif sebelumnya, barang yang akan terpengaruh oleh tarif 10% terutama mencakup barang jadi, yang berarti bahwa dampak pada konsumen AS akan lebih langsung daripada sejauh ini. Hal ini akan menggelapkan prospek pertumbuhan ekonomi di AS dan di China, dan karenanya permintaan minyak global.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman September naik $ 1,71, atau 3,2%, di $ 55,66 per barel di New York Mercantile Exchange (NYMEX). Pulih sebagian dari penurunan sebesar 7,9% pada hari Kamis. Kontrak bulan depan masih mengalami kerugian mingguan 1%. Sementara minyak mentah Brent untuk kontrak pengiriman bulan Oktober, naik $ 1,39, atau 2,3%, menjadi $ 61,89 per barel di ICE Europe, menyusul penurunan 7% pada hari Kamis. Dalam sepekan, Brent turun 2,3%.
Volatilitas untuk minyak kemungkinan akan tetap tinggi karena pasar merasakan potensi tindakan pembalasan Cina dalam beberapa hari mendatang, sementara situasi makro jangka menengah telah terpukul dengan kemungkinan pemulihan hubungan AS – Cina yang cepat berkurang. Namun pada hari Jumat, sebuah data menunjukkan penurunan mingguan kelima berturut-turut dalam jumlah pengeboran rig AS untuk beberapa minyak memberikan beberapa dukungan untuk harga. Baker Hughes di hari Jumat melaporkan bahwa jumlah pengeboran rig AS yang aktif menurun 6- 770 minggu ini.
Sementara dalam perdagangan di bursa saham AS pada hari Kamis bergerak turun, menyerah dari keuntungan sebelumnya. Para investor menumpuk aset surgawi seperti Treasurys dan emas. Terlebih setelah aksi jual mendera Dolar AS karena ekspektasi ancaman terhadap pertumbuhan global dapat mendorong Federal Reserve untuk menjadi lebih agresif dalam menurunkan suku bunga lebih lanjut setelah pemangkasan suku bunga yang pertama dalam satu dekade terakhir di hari Rabu.
Disisi lain, dolar AS yang lebih lemah, biasanya memberikan anugerah pada harga komoditas. Sayangnya ini tidak cukup membantu untuk perdagangan minyak di hari Kamis karena kekhawatiran tentang pertumbuhan global tampaknya memicu kehancuran minyak mentah dan aset lainnya yang dipandang berisiko.
Penurunan harga minyak mentah AS pada hari Kamis menandai penurunan terbesar secara persentase untuk kontrak bulan depan sejak 4 Februari 2015 dan penyelesaian pada harga $ 53,95 adalah yang terendah sejak 19 Juni.
Penurunan ini diangap tidak biasa, dimana lazimnya harga minyak akan terseok dengan berita besar terkait perang, krisis keuangan, dan tindakan Saudi & OPEC. Namun dihari Kamis, tidak satu pun dari peristiwa ini yang mendorong harga jatuh. Penurunan justru terjadi karena cuitan Trump yang secara mengejutkan membuat para pedagang bereaksi negatif dan menyebabkan penurunan harga. (WK)