JAVAFX – Harga minyak mentah di bursa berjangka Amerika Serikat, berakhir lebih rendah pada Selasa (10/09/2019). Para pedagang bertaruh bahwa dengan dipecatnya Penasihat Keamanan Nasional A. John Bolton akan mengurangi ketegangan AS dengan Iran. Ketegangan ini sebelumnya menjadi salah satu sumber yang mendorong harga minyak mentah tinggi. Pemecatan ini akan berpotensi mengarah pada pencabutan sanksi AS pada Iran, sesuatu yang dapat menempatkan lebih banyak minyak di pasar.
Presiden Donald Trump mengatakan melalui akun Twitternya bahwa dia telah memberi tahu Bolton. Trump mengatakan bahwa dia “tidak lagi diperlukan di Gedung Putih” dan bahwa Bolton kemudian mengundurkan diri pada Selasa pagi.
Bagi Iran, Bolton adalah sosok yang sangat hawkish. Pasar berasumsi bahwa pemecatan ini akan membuka pintu bagi perundingan AS dengan Iran, dan mungkin pencabutan sanksi. Sebagaimana kabar baik selanjutnya yang menyatakan bahwa Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan pada hari Selasa bahwa Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani dapat mengadakan pertemuan akhir bulan ini di PBB.
Sementara itu, dalam laporan bulanan, Lembaga Informasi Energi (EIA) secara signifikan memangkas harga minyak mentah AS dan global untuk tahun ini di tahun depan. Pemangkasan proyeksi harga ini berkontribusi secara nyata bagi penurunan harga minyak AS dan Brent.
Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Oktober di New York Mercantile Exchange (NYMEX) turun 45 sen, atau 0,8%, menetap di $ 57,740 per barel, setelah sebelumnya naik ke harga $ 58,76. Hasil ini merupakan kerugian pertama dalam lima sesi perdagangan terakhir. Sementara untuk minyak mentah Brent yang dikirim bulan November, turun 21 sen, atau 0,3%, menjadi $ 62,38 per barel di ICE Futures Europe, London. Turun kembali dari ketinggian sebelumnya di $ 63,78.
Kedua harga minyak mentah ini pada hari Senin (09/09/2019) ditutup pada harga tertinggi sejak 31 Juli, menurut Dow Jones Market Data. Mereka diperdagangkan lebih tinggi pada Selasa pagi, didukung oleh prospek pengetatan produksi oleh Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya.
Nada optimis muncul terkait dengan ucapan Pangeran Abdulaziz bin Salman, yang diangkat sebagai menteri energi Arab Saudi yang baru. Ia menegaskan komitmennya untuk melakukan pengurangan produksi OPEC dan sekutunya. Para produsen itu akan bertemu pada Kamis pekan ini di Abu Dhabi untuk mengevaluasi tingkat produksi mengingat produksi AS sendiri mendekati 12,4 juta barel per hari.
Harga minyak mentah juga menemukan dukungan pada perdagangan di hari Selasa setelah Amin Nasser, chief executive officer perusahaan minyak milik negara Arab Saudi, Saudi Aramco, dilaporkan mengatakan IPO perusahaannya akan segera terdaftar secara lokal. “Investor tampaknya telah mengambil komentar ini, bersama dengan penunjukan Menteri Energi Saudi yang baru … sebagai motivasi dari Arab Saudi untuk setidaknya mempertahankan atau lebih baik mendorong harga minyak dalam waktu dekat,” kata Colin Cieszynski, kepala pasar strategist di SIA Wealth Management Inc.
“Awalnya, 1% dari saham [Saudi Aramco] harus dicatatkan di bursa negara sendiri. Dengan penilaian pasar yang ditargetkan sebesar $ 2 triliun, $ 20 miliar akan perlu dikumpulkan dari calon investor – yang tampaknya ambisius pada harga minyak saat ini, ”tulis analis di Commerzbank, dalam sebuah catatan. “Karena itu Arab Saudi cenderung tertarik untuk mendorong harga minyak lebih tinggi. Satu-satunya cara untuk mencapai tujuan ini adalah terus melampaui pemotongan produksi yang disepakati. ”
Dalam jangka pendek, penunjukan menteri baru ini maish belum jelas. Sentimen umum adalah upaya bersama untuk memberikan dukungan harga dan melihat apakah dia bisa lebih sukses daripada mantan menteri Khalid al Falih.
Ke depannya, laporan minyak bulanan dari OPEC dan Badan Energi Internasional akan dirilis akhir pekan ini akan dinatikan pasar. Pembaruan mingguan pada pasokan minyak bumi akan dikeluarkan oleh American Petroleum Institute Selasa malam, dengan angka resmi EIA di hari Rabu. Data EIA diharapkan menunjukkan persediaan minyak mentah turun 3,6 juta barel pekan lalu, menurut survei analis yang disurvei oleh S&P Global Platts. Pasokan bensin diperkirakan turun 1,4 juta barel, sementara stok sulingan terlihat lebih tinggi 220.000 barel. (WK)