Harga minyak beragam di Asia, Brent naik tipis saat data China melemah

0
74
Oil pump jacks at sunset sky background. Toned.

Harga minyak beragam di perdagangan Asia pada Selasa sore, setelah China membukukan pertumbuhan ekonomi tahunan terlemahnya dalam hampir setengah abad, dengan perubahan kebijakan COVID-19 di akhir tahun 2022 yang mendukung harapan pemulihan permintaan bahan bakar di negara itu tahun ini.

Harga minyak mentah berjangka Brent naik tipis 7 sen atau 0,1 persen, menjadi diperdagangkan di 84,52 dolar pada pukul 07.27 GMT, memulihkan sebagian dari penurunan 1,0 persen di sesi sebelumnya.

Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS merosot 73 sen atau 0,9 persen, menjadi diperdagangkan di 79,15 dolar AS dari penutupan Jumat (13/1/2023).

Tidak ada penyelesaian perdagangan pada Senin (16/1/2023) karena hari libur umum AS untuk Hari Martin Luther King.

“Minyak mentah Brent telah naik hampir 10 persen selama 10 hari terakhir karena optimisme atas pembukaan kembali China mendorong sentimen.

Namun, prospek ekonomi global lainnya tidak pasti,” kata analis komoditas ANZ dalam catatan klien.

ANZ juga menunjuk lonjakan pasokan minyak mentah dari Rusia yang membebani pasar, dengan ekspor lintas laut telah meningkat menjadi 3,8 juta barel per hari pekan lalu, level tertinggi sejak April.

Produk Domestik Bruto (PDB) China meningkat 3,0 persen pada tahun 2022, sangat meleset dari target resmi “sekitar 5,5 persen” dan menandai kinerja terburuk kedua sejak 1976, karena kuartal terakhir terpukul keras oleh pembatasan COVID yang ketat dan kemerosotan pasar properti.

Data ekonomi yang buruk masih mengalahkan perkiraan analis sebelumnya karena Beijing memutar kembali kebijakan nol-COVID pada Desember yang menopang konsumsi.

Data yang dirilis pada Selasa juga menunjukkan produksi kilang-kilang minyak China pada tahun 2022 telah turun 3,4 persen dari tahun sebelumnya, penurunan tahunan pertama sejak 2001, meskipun produksi minyak harian Desember naik ke level tertinggi kedua di tahun 2022.

“Dengan akhir yang lebih kuat hingga 2022 dari yang kami perkirakan, ditambah indikasi belanja ritel yang lebih kuat di masa depan, prospek pertumbuhan PDB pada 2023 telah meningkat dibandingkan dengan prospek kami sebelumnya,” kata Kepala Ekonom ING, China, Iris Pang dalam sebuah catatan.

Tetapi Pang memperingatkan bahwa China masih menghadapi hambatan yang cukup besar, termasuk kemungkinan resesi di Amerika Serikat dan Eropa tahun ini.

Dalam survei bearish yang dirilis pada Forum Ekonomi Dunia tahunan di Davos, dua pertiga ekonom sektor swasta dan publik memperkirakan resesi global tahun ini, dengan sekitar 18 persen menganggapnya “sangat mungkin terjadi”.

Survei tentang pandangan para kepala eksekutif (CEO) oleh PwC adalah yang paling suram sejak perusahaan tersebut meluncurkan jajak pendapat satu dekade lalu.

Kenaikan dolar dari posisi terendah tujuh bulan juga memberi tekanan pada harga minyak, karena greenback yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi mereka yang memegang mata uang lainnya.