JAVAFX– Harga minyak berada dalam tekanan jual pada perdagangan minyak jelang sore hari ini sebagai bentuk kekhawatiran sebagian besar produsen minyak dunia setelah melihat persediaan minyak mentah AS yang terus meningkat yang berarti juga bahwa produksi minyak AS juga meningkat tajam.
Masalah perang dagang yang sudah mulai mereda di antara AS dengan China juga membawa duka bagi harga minyak, di mana mata uang AS, dolar AS mengalami penguatannya. Dengan menguatanya dolar AS, maka nilai beli minyak akan lebih mahal daripada ketika dolar AS sedang melemah. Sayangnya juga bahwa sisi produksi industri yang terancam melemah akibat perang dagang tersebut, telah menimbulkan sentimen bahwa konsumsi energi juga akan ikut menurun.
Mulai lunturnya ketegangan perang dagang AS-China di sela-sela perundingan di bawah meja antara AS dengan China, membuat ketegangan tersebut tampaknya sudah mulai mencair, sehingga harga minyak sendiri sedikit tertahan kenaikannya. Kekhawatiran tensi geopolitik di Timur Tengah, baik sanksi AS terhadap Iran maupun perang Arab Saudi melawan Yaman, sedikit membuat investor minyak tidak terganggu dengan berita tersebut dan terus melakukan jual jelang rilisnya data persediaan minyak mentah pemerintah AS nanti malam.
Hal ini membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak Mei di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara melemah $0,59 atau 0,90% di level $64,66 per barel. Sedangkan minyak Brent kontrak Mei di pasar ICE Futures London untuk sementara melemah $0,54 atau 0,77% di harga $69,57 per barel.
Energy Information Administration pekan lalu menyatakan bahwa persediaan minyak mentah pemerintah AS mengalami penurunan sebesar 2,6 juta barel di pekan lalu, dan ini menunjukkan bahwa permintaan terhadap konsumsi minyak masih cukup besar meskipun musim dingin di belahan Utara bumi sudah mulai berakhir. Sedangkan produksi minyak AS sudah melewati angka 10,4 juta bph, menandakan bahwa konsumsi energi di AS masih cukup tinggi meski musim dingin sudah mulai terlewatkan.
American Petroleum Institute tadi pagi merilis perkiraan persediaan minyak mentah AS yang mengalami kenaikan sebesar 5,3 juta barel menjadi total 430,6 juta barel pada pekan lalu, sehingga dikhwatirkan bahwa persediaan minyak mentah versi pemerintah AS yang akan dirilis EIA nanti malam bisa meningkat pula.
Apalagi akhir pekan lalu, Baker Hughes melaporkan bahwa jumlah kilang minyak AS telah bertambah 4 buah yang diaktifkan kembali sehingga total kilang minyak atau rig yang aktif berjumlah 804 buah, sehingga dapat dipastikan juga bahwa produksi minyak AS akan bertambah lagi di pekan ini.
Kondisi ini membuat Putera Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman bersuara bahwa pihaknya bersama Rusia dan negara produsen lainnya non-OPEC untuk segera bertemu untuk membahas perpanjangan pembatasan pasokan minyak 1,8 juta bph, yang sebelumnya berlaku hingga akhir tahun ini untuk diperpanjang sepanjang tahun 2019 nanti. Dan pihak Irak pun sebagai salah satu anggota OPEC sudah setuju untuk memperpanjang komitmen pembatasan pasokan minyak tersebut hingga tahun depan.
Penulis: Adhi Sunadhi
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: CNBC