JAVAFX – Harga minyak belum mampu menguat lebih besar pada perdagangan sore hari ini dimana ini sebagai bentuk kekuatiran semenjak perdagangan semalam yang mengisyaratkan bahwa harga minyak sudah terlalu lama menguat sehingga timbul saat-saat aksi ambil untungnya serta kuatir dengan produksi minyak AS yang berlebihan sehingga dapat mempengaruhi keseimbangan pasokan minyak dunia.
Ketegangan geopolitik di Timur Tengah gaungnya mulai nampak kembali dengan hasil harga minyak yang alami penguatannya, dimana minyak Brent menguat setelah Arab Saudi memutuskan untuk mulai mengurangi ekspor minyaknya bulan depan sebesar 120 ribu bph. Keputusan ini diambil sebagai bentuk antisipasi memuncaknya ketegangan Arab Saudi dengan Iran setelah pemerintah Arab Saudi memberikan peringatan bagi warganya untuk tidak mengunjungi Lebanon dalam waktu yang tidak terbatas.
Ketegangan Riyadh-Teheran ini terus memuncak seiring dengan memanasnya konflik di Yaman. Kuwait, Uni Emirat Arab dan Bahrain juga mengeluarkan ‘peringatan’ bagi warganya untuk tidak mengunjungi Yaman dan Lebanon atau daerah-daerah konflik.
Alhasil membuat harga minyak jenis West Texas Intermediate kontrak November di bursa New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara melemah $0,03 atau 0,05% di level $57,14 per barel. Sedangkan minyak jenis Brent kontrak Desember di pasar ICE Futures London sementara sedang menguat $0,11 atau 0,17% di harga $64,04 per barel.
Sejauh ini harga Brent sudah meroket hampir 40% sejak tahun ini dengan pemicu usaha putera mahkota Arab Saudi Mohammed bin Salman atau MBS yang melakukan ‘bersih-bersih’ pemerintahan Arab Saudi. Bahkan beredar kabar bahwa MBS akan segera menggantikan Raja Salman yang kabarnya akan meletakkan tahtanya. Isu ini juga pernah beredar beberapa waktu lalu, namun hingga saat ini hal tersebut tidak pernah terlaksana.
Selain itu pasar masih menanggapi positif dari keinginan OPEC untuk mengurangi pasokan minyak dunia dengan ditengarai sebuah laporan bahwa produksi minyak OPEC minggu lalu mengalami penurunan lagi sebesar 90 ribu bph menjadi 32,57 juta bph. Rasa optimis bahwa harga minyak masih bisa naik mengingat di agenda pertemuan evaluasi komitmen pemangkasan produksi minyak 1,8 juta bph di 30 November, dapat dipastikan akan membahas perpanjangan waktu komitmen tersebut hingga akhir 2018, demikian ungkap Sekjen OPEC Mohammad Barkindo.
Selain itu, Barkindo menyatakan bahwa akan mengundang negara-negara lain yang sebelumnya tidak ikut komitmen tersebut untuk diundang ke Wina juga. Namun sejauh ini usaha Arab Saudi untuk membujuk Brasil sebagai produsen minyak terbesar di Amerika Latin masih gagal guna ikut serta dalam komitmen tersebut sehingga pasar menanggapinya dengan sisi jual minyak.
Meski Baker Hughes pekan lalu mengumumkan bahwa jumlah kilang minyak AS mengalami pengurangan jumlah yang aktif namun menurut EIA bahwa produksi minyak AS mengalami kenaikan 67 ribu bph menjadi 9,62 juta bph Oktober lalu.
Sumber berita: Reuters, Investing, Bloomberg, MarketWatch, CNBC
Sumber gambar: Daily Mirror