JAVAFX – Harga minyak mentah AS mengalami penurunan dalam perdagangan Rabu (15/01/2020) dimana harga mencapai posisi terendah dalam enam minggu. Harga turun setelah data pasokan mingguan dari pemerintah mengungkapkan terjadinya peningkatan pasokan bensin dan sulingan dalam jumlah besar. Memang stok minyak mentah sendiri mengalami penurunan tak terduga dan harga juga mendapat sentiment positif dari penandatanganan resmi perjanjian perdagangan fase 1 AS-China.
Sayangnya sentiment negative cukup dominan dan mengirimkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari harus kehilangan 42 sen, atau 0,7%, menetap di $ 57,81 per barel di New York Mercantile Exchange (NYMEX), setelah naik 0,3% pada hari Selasa. Ini merupakan harga penyelesaian terendah untuk kontrak bulan depan sejak 3 Desember, menurut Dow Jones Market Data. Sementara minyak mentah Brent turun 49 sen, atau 0,8%, menjadi $ 64 per barel di ICE Futures Europe untuk penutupan terendah sejak 11 Desember.
Data dari Lembaga Informasi Energi (EIA) menunjukkan ada peningkatan pasokan 6,7 juta barel untuk bensin dan 8,2 juta barel untuk minyak suling untuk pekan yang berakhir 10 Januari. Analis yang disurvei oleh S&P Global Platts telah menunjukkan harapan untuk kenaikan yang lebih kecil dalam pasokan 3,3 juta barel untuk bensin dan 1,3 juta barel untuk minyak suling, termasuk minyak pemanas. Namun, pasokan minyak mentah AS turun 2,5 juta barel pekan lalu. Survei S&P Global Platts sendiri menilai akan ada kenaikan 500.000 barel, sementara American Petroleum Institute (API) pada Selasa melaporkan ada peningkatan 1,1 juta barel.
Investor minyak disisi lain juga mengawasi kesepakatan perdagangan AS – China yang ditanda tangani di Washington pada Rabu. Ketegangan internasional akibat perang dagang AS – China telah menjadi salah satu tantangan terbesar untuk minyak mentah, yang cenderung melihat kenaikan harga di tengah ekspektasi pertumbuhan ekonomi yang sehat yang dapat mendorong konsumsi yang lebih kuat. Minyak dapat memperpanjang kerugian jika kesepakatan perdagangan fase satu ini gagal memenuhi ekspektasi pasar dan meninggalkan investor dengan lebih banyak pertanyaan daripada jawaban. Jika kekhawatiran atas ketidakpastian perdagangan berdampak negatif terhadap pertumbuhan global, minyak akan tetap berada di jalur penurunannya.