JAVAFX – Harga Emas ditutup lebih rendah dalam perdagangan akhir pekan, Jumat (18/10/2019) setelah gagal mendapatkan tumpangan dari serangkaian data ekonomi yang lemah dari China. Emas juga gagal memanfaatkan pelemahan dolar AS karena sentiment bearish ternyata lebih kuat dan membuat logam mulia kembali melanjutkan penurunannya dari harga tertinggi selama lebih dari enam tahun terakhir ini yang dicapai pada bulan lalu .
Emas telah menemukan kenyamanan dalam kisaran perdagangan dengan bentang $ 20 karena para investor tetap optimis terhadap kondisi bahwa Amerika Serikat dan China dapat menyelesaikan perjanjian perdagangan ‘fase satu’. Disisi lain, Emas diposisikan juga untuk tetap terikat pada kisaran sampai katalis yang cukup kuat mampu membawa arah pergerakan harga yang lebih mantap. Rasa optimisme seputar perkembangan Brexit saat ini juga berdampak pada selera logam safe-haven.
Harga emas kontrak pengiriman bulan Desember di bursa Comex turun $ 4,20, atau 0,3%, berakhir di $ 1,494.10 per troy ons. Pencapaian ini memotong kenaikan mingguan untuk kontrak paling aktif menjadi sekitar 0,4%, menurut data FactSet.
Indeks dolar AS menyentuh level terendah dua bulan pada hari Jumat, tertekan oleh penguatan Poundsterling dan Euro dalam perdagangan EURUSD, setelah berita perjanjian Brexit terbaru minggu ini. Kesepakatan sementara ini masih harus disetujui oleh parlemen Inggris dan negara-negara anggota Uni Eropa lainnya.
Sebelumnya, harga emas diperdagangkan singkat di atas $ 1.560 awal bulan lalu dan tetap naik hampir 17% pada tahun ini, tetapi logam telah memangkas kenaikan tersebut karena imbal hasil keuangan AS naik lebih tinggi. Jatuhnya imbal hasil dapat menjadi keuntungan bagi aset yang tidak menghasilkan dengan mengurangi biaya peluang untuk memegangnya, sementara kenaikan imbal hasil dapat menjadi negatif.
The Federal Reserve memang terlihat kurang agresif dari yang diperkirakan bisa menjaga emas di bawah tekanan. Para investor mengharapkan emas untuk kembali lebih jauh pada ekspektasi mereka untuk pelonggaran moneter di AS. Pasar sendiri masih mengantisipasi terlalu banyak penurunan suku bunga dari The Fed. Sementara itu, stabilisasi dalam imbal hasil obligasi pemerintah di luar AS harus menghentikan kenaikan tingkat utang imbal hasil negatif, mengurangi daya tarik investasi emas.
Biro Statistik Nasional China sendiri mengatakan bahwa pertumbuhan mereka melambat menjadi 6% pada kuartal ketiga dari 6,2% pada kuartal kedua. Pertumbuhan memang melambat sejak awal 1990-an. Kecepatannya berada di tengah target setahun penuh pemerintah pusat untuk produk domestik bruto, salah satunya karena iklim investasi bisnis terus memburuk. (WK)