JAVAFX – Berita komoditas pada hari Senin(31/7/2017),
Harga emas tidak berani naik jelang minggu sibuk di perdagangan awal pekan ini ketika akan banyak data AS yang akan rilis termasuk payroll.
Situasi safe haven emas sendiri mulai berangsur-angsur berkurang di awal pekan seiring sudah mulai meredanya ketegangan di Korea Utara pasca uji coba senjata rudal balistik Korea Utara pada akhir pekan lalu dan melintasnya 2 bomber nuklir AS di sepanjang Semenanjung Korea.
Minggu lalu, emas setidaknya berhasil menguat tajam yang terdorong dengan rencana the Fed yang akan mengurangi defisit neracanya dengan cara mulai mengurangi kepemilikan surat hutangnya dan kemungkinan besar masih memikirkan inflasi yang tetap rendah.
Kekhawtiran tersebut telah menuai perkiraan bahwa pada akhir tahun ini suku bunga the Fed tidak akan dinaikkan lagi.
Faktor jelang minggu sibuk termasuk akan rilisnya data payroll AS tersebut membuat harga emas kontrak Desember di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex untuk sementara bergerak melemah tipis $3,10 atau 0,24% di level $1272,20 per troy ounce.
Untuk harga perak kontrak September di Comex untuk sementara bergerak menguat tipis $0,01 atau 0,08% di level $16,68 per troy ounce.
Pergerakan tipis dari logam mulia ini merupakan bentuk aksi ambil untung sejenak sebagai dampak kekhwatiran investor emas setelah pergerakan sebelumnya yang tertahan penguatannya akibat data pertumbuhan ekonomi AS di kuartal lalu yang tidak sesuai harapan.
Sehingga investor bimbang apakah emas yang pada perdagangan sebelum-sebelumnya makin menjauh dari level terendah di 4 bulan yaitu di level $1200an dan segera mendekati level psikologis di bulan lalu pada level $1290an bisa dipertahankan hingga akhir pekan ini?
Faktor meredupnya akselerasi ekonomi AS khususnya inflasi mengharuskan the Fed menjual beberapa surat hutangnya untuk mengurang defisit neracanya.
Rencananya mulai September the Fed akan mulai menjual $10 milyar surat hutangnya perbulannya, dan selanjutnya per 3 bulan akan menjual $50 t-Bills nya.
Namun semuanya itu juga tergantung dengan agenda fiskal Trump.
Bila berjalan agenda Trump tersebut maka makin mudah defisit the Fed untuk dipersempit, dan fokus suku bunga naik juga akan makin terbuka lebar pula.
Pasar membaca bahwa suku bunga the Fed paling cepat akan naik di akhir tahun ini dan itupun masih menjadi tanda tanya besar karena perkembangan suku bunga the Fed yang akan naik di akhir tahun ini kurang dari 40% untuk kesempatan naik, sehingga dimungkinkan bahwa Fed fund rate di semester dua tahun ini tidak akan berubah.
Seperti kita ketahui bila investor mendengarkan kata kenaikan suku bunga, khususnya suku bunga the Fed atau bank sentral utama dunia lainnya seperti ECB, maka itu berarti kabar buruk bagi harga emas, karena investasi emas akan mengalami situasi yang kurang begitu menguntungkan untuk jangka pendek dibandingkan investasi di pasar uang semisal investasi obligasi atau surat hutang.
Beberapa data ekonomi dari Jepang dan China yang membaik tadi pagi juga belum berhasil mendongkrak lagi harga emas, karena nampak faktor pertumbuhan ekonomi AS masih terus mengganggu rasa positif tersebut.
Sumber berita: Reuters, Investing, Kitco, Bloomberg
Sumber gambar: MarketWatch (.com)