JAVAFX – Harga emas berjangka berakhir lebih rendah pada hari Selasa (26/05/2020) ketika bursa saham global menguat, menanggapi pencabutan penutupan bisnis karena pandemi coronavirus surut, bersama dengan laporan yang mendorong kemajuan menuju vaksin COVID-19, menumpulkan daya tarik surga logam mulia. Emas untuk pengiriman Juni di Comex turun $ 29,90, atau 1,7%, menjadi menetap di $ 1,705.60 per ounce.
Perdagangan emas tengah menunggu sinyal yang kuat untuk bisa untuk menggerakkan pasar. Munculnya Risk Appetite di kalangan investor saham dalam beberapa hari terakhir membuat harga emas mengalami tekanan. Harga terkoreksi sejak di $ 1.750 dan penurunan dibawah $ 1.725 telah membuka kemungkinan harga mencoba untuk menembus level support di $ 1.700 dan berpotensi turun hingga ke $ 1.670.
Sebaliknya, potensi rebound harga emas masih ada dan bersumber pada meningkatnya ketegangan hubungan antara AS – China. Beijing pada hari Senin mengecam langkah A.S. untuk memperluas apa yang disebut daftar entitas perusahaan China yang dilarang melakukan bisnis dengan perusahaan A.S. atas dugaan pelanggaran hak asasi manusia di wilayah Otonomi Xinjian Uighur. Itu terjadi setelah penasihat keamanan nasional Gedung Putih, Robert O’Brien, Minggu memperingatkan bahwa AS kemungkinan akan memberi sanksi kepada China jika negara itu meneruskan rencana undang-undang keamanan nasional baru di Hong Kong, tempat protes telah dihidupkan kembali.
Gesekan diantara kedua belah pihak tampaknya telah menimbulkan luka terlalu dalam untuk sekedar ditutup tutupi. Beberapa pengamat pasar memperkirakan AS dan China akan mengalami “perang dingin ” besar berikutnya sebagaimana dengan yang terjadi pada Uni Soviet – AS beberapa dekade lalu.
Emas kehilangan kekuatan di belakang kekuatan di pasar saham Eropa AS dan reli di indeks saham patokan A.S.
