Harga Emas Sepertinya Menuju Level Tertinggi 11 Pekan Lalu

0
110

JAVAFX – Harga emas sepertinya menuju level tertinggi 11 pekan lalu yaitu di level $1350an per troy ounce pada perdagangan hari ini, itupun dengan catatan jika Presiden Trump segera menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Rusia.

Seperti kita ketahui bahwa di perdagangan awal pekan kemarin, kondisi greenback mengalami tekanannya dari emas, sehingga hal ini membuat harga emas kontrak Juni di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex ditutup menguat $1,00 atau 0,07% di level $1348,90 per troy ounce.

Nilai emas di perdagangan awal pekan kemarin mengalami dorongan beli lanjutan, di mana kondisi ini dipengaruhi setelah Presiden Trump segera akan memutuskan untuk memberikan sanksi ekonomi baru kepada Rusia dan China, karena Presiden Trump menganggap bahwa kedua negara tersebut sengaja melakukan devaluasi mata uangnya di kala AS terus menaikkan suku bunganya.

Masalah devaluasi kedua negara tersebut memang menjadi batu sandungan di hati Trump semenjak dirinya menjabat presiden di awal 2016 lalu, dan Trump menganggap bahwa ini membuat defisit pembayaran AS terus membengkak. Trump menganggap kedua negara ini telah melakukan kecurangan, dan akan segera membalasnya dengan tindakan devaluasi dolar AS juga.

Bila memang hari ini akan jatuh sanksi ekonomi baru kepada kedua negara tersebut, maka emas akan bangkit kembali. The Fed sendiri sejauh ini belum bersikap tentang devaluasi tersebut, namun menurut kami bahwa dengan akan adanya devaluasi tersebut, maka target inflasi 2% akan makin sulit digapai.

Problemnya bahwa akselerasi antara laju pertumbuhan dengan laju inflasinya akan terjadi ketimpangan yang cukup besar, sehingga bila kondisi seperti ini terjadi, maka AS akan segera butuh sebuah bantuan ekonomi atau paket stimulus. Kondisi seperti ini akan sangat menguntungkan bagi emas.

Faktor data ekonomi bisa menantikan data tenaga kerja Inggris dan data izin bangunan AS. Bila kedua data tersebut membaik, maka ada dorongan jual emas lagi.

Penulis: Adhi Gunadhi
Sumber berita: Reuters, MarketWatch, Investing, Bloomberg.
Sumber gambar: Reuters