JAVAFX – Harga emas sepertinya ingin bertahan di posisi positifnya pada perdagangan awal pekan hari ini dengan berharap masih ada pengaruh perang dagang yang tetap muncul sebagai bentuk perlawanan China terhadap aturan yang diartikan munculnya perang dagang internasional.
Seperti kita ketahui bahwa di perdagangan akhir pekan kemarin, kondisi greenback mengalami tekanannya dari emas, sehingga hal ini mengakibatkan harga emas kontrak Juni di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex ditutup menguat $22,50 atau 1,69% di level $1355,70 per troy ounce. Untuk perdagangan sepekan lalu, harga emas naik sebesar 2,9%.
Sebelumnya nilai emas mengalami penguatannya yang cukup besar di pekan lalu, hampir 3%, di mana situasi ini dipengaruhi oleh kebijakan proteksi Presiden Trump terhadap China sehingga hampir semua pasar ekuitas dan pasar komoditas dunia bergejolak mengarah kepada pengamanan investasi atau safe haven dengan menjauhi aset-aset berlatar belakang dari AS dan mengoleksi emas kembali sehingga emas sedang berada di wilayah tertinggi 5 pekannya.
AS telah memberi hukuman kepada China dengan memberikan tarif serta melarang produk-produknya untuk dimasukkan ke AS dengan nilai mencapai kurang lebih $60 milyar. Dan China pun bertindak dengan memberikan tarif terhadap kurang lebih 128 produk dari AS termasuk daging babi yang sekitar setengah pasokan ke China dipenuhi oleh produk asal Iowa dan Midwest AS.
Kondisi ini tampaknya akan dipertahankan oleh AS dalam kurun waktu 60 hari ke depan, sehingga faktor perang dagang memang sudah dikobarkan AS. Diharapkan pula lobi-lobi segera dilakukan oleh pihak-pihak yang dirugikan dengan masalah ini, agar pasar segera tenang kembali dan tidak seperti perdagangan pekan kemarin yang penuh gejolak dan kepanikan.
Memang sisi kenaikan suku bunga the Fed untuk sementara dialihkan perhatiannya dengan sepak terjang Presiden Trump dalam menyelamatkan anggaran federalnya, namun sayangnya Presiden Trump sendiri sudah memperpanjang defisit anggarannya dan tetap berupaya agar dolar AS tidak menguat cepat dan tajam, sehingga peluang penguatan emas masih terbuka tentunya.
Berdasar dari teori keseimbangan mata uang berdasar suku bunga, sebetulnya dolar AS seharusnya memiliki peluang untuk terus menguat, karena the Fed mempunyai suku bunga tertinggi daripada bank-bank sentral negara-negara maju lainnya di luar China. Namun secara teori balance of payment parity, maka kemampuan dolar AS untuk menguat memang masih diragukan, sehingga karena ada kebijakan fiskal dari Trump untuk memperbaiki defisit anggaran, maka usaha penguatan dolar AS harus patut dimaklumi untuk tidak akan terjadi dalam waktu yang cepat.
Maka dari itu, kami melihat bahwa usaha emas untuk menguat masih ada terjadinya di pekan ini, yang sepertinya juga akan semakin panjang karena ada faktor sentimen ketidaksenangan pihak luar AS terhadap kebijakan Trump tersebut.
Sentimen negatif ini memang akan panjang dampaknya, sehingga bila ada data ekonomi AS membaik pun, kondisi ini tidak akan membantu banyak terhadap pemulihan dolar AS. Situasi ini memang bagus untuk mengoleksi aset-aset pengaman seperti emas, hingga ada kompromi yang positif dari Gedung Putih.
Penulis: Adhi Sunadhi
Sumber berita: Reuters, MarketWatch, Investing, Bloomberg.
Sumber gambar: Reuters