JAVAFX – Harga emas sepertinya menguat di akhir tahun perdagangan hari ini dengan mengharapkan bahwa rasa safe haven masih berlanjut dengan makin tidak kondusifnya politik dan ekonomi AS.
Seperti kita ketahui bahwa pasar di perdagangan kemarin, kondisi greenback mengalami tekanan lagi dari emas, sehingga hal ini mengakibatkan harga emas kontrak Februari di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex ditutup menguat $5,70 atau 0,44% di level $1297,10 per troy ounce.
Safe haven emas di kala Natal masih ada rasanya sampai semalam setelah PBB memberikan sanksi baru kepada Korea Utara di pekan lalu dan awal pekan ini AS menambah sanksi lagi sehingga Korea Utara sendiri beranggapan bahwa sanksi tersebut merupakan pemicu adanya rasa gusar yang memuncak dan bisa menimbulkan situasi yang tidak nyaman bagi investor dalam berinvestasi sehingga mereka mengambil inisiatif melanjutkan sisi pengamanan portfolionya.
Situasi penguatan emas sendiri sudah terlihat sejak lolosnya RUU pajak menjadi UU pajak yang baru di pekan lalu karena paket reformasi fiskal ini menurut teori ekonomi memang tidak biasa dilakukan ketika kondisi kinerja ekonominya sedang bagus sehingga hal ini menimbulkan pro dan kontra, dimana pemotongan pajak ini membuat defisit anggaran AS membengkak $1,5 trilyun sehingga akan membuat kinerja dolar AS tidak membaik.
Namun di sisi lain memang bisa mendorong laju pertumbuhan ekonomi AS dimana belanja investasi dan belanja konsumen dalam negeri bisa menguat. Maka bank sentral AS justru mengalami tekanan untuk terus meningkatkan suku bunganya. Diperkirakan bahwa reformasi pajak ini bisa membuat the Fed di 2018 menaikkan suku bunganya 4 kali. Mendengar kenaikan suku bunga justru akan mendorong investor memborong dolar AS dan meninggalkan emas.
Namun di sisi lain, beberapa bank sentral utama dunia seperti ECB, BoJ dan BoE tidak kalah sengit juga mempunyai proyeksi dari pasar bahwa akan mengetatkan kebijakan moneternya. Hal ini terkait dengan membaiknya pula kinerja ekonomi mereka dan demi menghimdarkan diri dari panasnya ekonomi atau overheating, maka bank sentral harus menaikkan suku bunganya juga.
Inilah yang membuat dolar AS sendiri merasa kesulitan untuk melawan emas karena pihak di luar AS sedang membaik ekonominya, disertai pula kebijakan politik Trump yang banyak tidak populer di mata investornya, seperti contohnya konflik dengan Korea Utara dan pengukuhan Yerusalem sebagai ibukota Israel yang telah ditolak PBB.
Harapan penguatan dolar AS memang masih tipis dimana unsur ini sebagai usaha memperbaiki neraca keuangan AS dan sudah kami telaah bahwa sisi ini memang disengaja dengan bukti nuansa dari pejabat the Fed yang tidak ada komentar sedikitpun untuk membantu memulihkan dolar AS. Sisi ini kondisi keuangan AS bisa pulih karena perbedaan nilai yang melemah justru akan meningkatkan devisa AS dan mengeringkan devisa non-dolar AS sehingga membuat emas terpuruk nantinya.
Sumber berita: Reuters, MarketWatch, Investing, Bloomberg.
Sumber gambar: Bloomberg