JAVAFX – Analisa fundamental di hari Selasa(9/1/2018), harga emas sepertinya bisa muncul aksi buyback atau menguat lagi di perdagangan hari ini dengan situasi ekonomi AS yang sepertinya masih sedikit memburuk meski ada rasa optimis bahwa kenaikan suku bunga the Fed yang masih akan terjaga dan adanya reformasi pajak serta gangguan geopolitik di Asia dan Timur Tengah.
Seperti kita ketahui bahwa di perdagangan awal pekan kemarin, kondisi greenback memberikan tekanan kepada emas, sehingga hal ini mengakibatkan harga emas kontrak Februari di bursa berjangka New York Mercantile Exchange divisi Comex ditutup melemah $1,00 atau 0,06% di level $1321,30 per troy ounce.
Data tenaga kerja di periode terakhir cukup mempengaruhi kehendak investor dan pasar lainnya bahwa kenaikan suku bunga the Fed masih bisa naik 3 kali lagi di tahun. Perjalanan sektor tenaga kerja AS masih cukup ketat bagi kami dan the Fed sendiri merasa yakin bahwa kinerja ekonomi AS masih bisa meningkat apalagi ada kebijakan pemotongan pajak meski menurut beberapa pejabat the Fed tidak terlalu memberi dorongan kenaikan inflasi.
Bicara tentang ekonomi AS memang masih ada harapan terhadap penguatan emas, namun Bank of England dan Bank of Canada kemungkinan besar akan mengikuti jejak the Fed untuk menaikkan suku bunganya juga di tahun ini. BoC mungkin menaikkan suku bunganya di bulan ini, BoE di akhir semester pertama dan the Fed di rapat bulan Maret.
Untuk European Central Bank dan Bank of Japan sepertinya baru di semester kedua tahun ini bisa naik suku bunganya, disertai pula kemungkinan besar Swiss National Bank juga akan mengakhiri suku bunga negatifnya di awal tahun depan. Mendengar kata kenaikan suku bunga maka emas bisa melemah.
Namun sikap Trump yang selalu tidak membantu memulihkan dolar AS sendiri akan membuat emas bisa menguat. Beberapa kebijakan Trump, baik masalah politik maupun ekonomi, justru membuat dolar AS sering menghadapi tekanan dan sentimen negatif tersebut berkembang seiring dengan beberapa kebijakan yang kontroversial, seperti UU pajak yang baru, dimana kebijakan pemotongan pajak biasanya dilakukan sebuah negara ketika kinerja ekonominya sedang menuju melamban.
Selain itu kebijakan politik Trump sering membuat investor geram dan tidak suka dengan langkah Trump tersebut, seperti contohnya kebijakan Timur Tengah yang menyatakan Yerusalem sebagai ibu kota Israel. Contoh lainnya dengan Korea Utara yang melarang mengembangkan nuklirnya. Serta kerusuhan di Iran yang konon kabarnya bahwa dalang kerusuhan di Iran merupakan hasil kerja intelijen Trump untuk lebih menekan Iran dalam pencegahan pengembangan tehnologi nuklirnya.
Hari ini pasar komoditas dunia akan melihat perkembangan di pasar Jepang setelah libur di awal pekan kemarin. Nampaknya sentimen penguatan emas masih muncul sambil menantikan data pembukaan lapangan kerja AS yang menurut perkiraan kami akan jatuh akibat dari cuaca yang tidak bersahabat di AS pada bulan lalu dimana banyak perusahaan AS yang menunda perluasan kerjanya.
Sumber berita: Reuters, MarketWatch, Investing, Bloomberg
Sumber gambar: Reuters